Hubungan Gempa dan Erupsi Gunung Api Merapi

Apakah erupsi gunung api bisa memicu gempa bumi ? Dan apakah gempa bumi bisa memicu gunung erupsi ? Untuk menjawab itu kita pisahkan dulu antara gempa tektonik dengan vulkanik.


Gempa Bumi Tektonik 

Terjadi akibat berinteraksinya 2 lempengan Bumi, dimana lempeng Indo-Australia menyusup di bawah Lempeng Eurasia. Batas kedua lempeng ini disebut zona Subduksi. Proses interaksi kedua lempeng selama jutaan tahun lebih ini juga membentuk gunung-gunung api dan patahan-patahan atau sesar di kepulauan Indonesia dan terus berlangsung sampai detik ini.

  Gempa Bumi
Gempa tektonik memiliki kekuatan kecil, menengah sampai kategori mega 8-9 SR. Gempa tektonik yang sangat kuat 8-9 SR disebut megathrust dan umumnya terjadi di batas zona Subduksi Jawa yang dangkal kurang dari 70km.

Sementara itu, gempa tektonik dari sesar darat di kepulauan umumnya memiliki kekuatan dibawah skala megathrust atau maksimum sekitar 7 koma sekian SR. 


Gempa Bumi Vulkanik

Di sepanjang batas pertemuan antar lempeng yang saling dorong di zona penunjaman, selain terjadi gempa, gesekan antar lempeng juga menyebabkan batuan meleleh yang menjadi cikal bakal magma gunung api. 

Batuan yang meleleh menjadi magma kemudian naik ke permukaan bumi melewati celah gunung api dan menyebabkan erupsi. Nah gempa vulkanik terjadi sebelum dan saat gunung api meletus ini karena adanya proses yang kompleks dari tekanan cairan magma yang naik.

Kekuatan rata-rata gempa vulkanik kurang dari 5 SR yang menyebabkan getaran di permukaan, namun bersifat sangat lokal atau terbatas hanya di tubuh gunung dan area sekitarnya. 


Sekarang, apakah gempa tektonik bisa menyebabkan gunung api erupsi ? Beberapa vulkanolog bersilang pendapat tentang pertanyaan ini. Mengingat sepanjang sabuk gunung api letaknya paralel dengan jalur gempa bumi dimana erupsi gunung api umumnya terjadi di zona seismik aktif.

Atau, apakah erupsi gunung yang sebenarnya bisa memicu gempa ? Tidak mudah dijelaskan karena jikapun berhubungan belum diketahui pasti mekanisme sebab akibatnya. 

Banyak peristiwa erupsi di muka bumi terjadi setelah gempa tektonik di sekitarnya, tapi banyak juga peristiwa erupsi yang tidak didahului gempa tektonik, begitu juga sebaliknya. Artinya gempa tektonik diduga kuat hanyalah faktor pemicu.


Itupun hanya gempa yang memenuhi syarat.

Diantaranya adalah Gempa tektonik sangat besar. Gempa ini dapat memicu naiknya aliran magma dari dalam bumi ke kantung magma.

Pinatubo adalah contoh gunung api yang lama tertidur lebih 490 tahun kemudian aktif kembali akbat gempa dan meletus 9 Juni 1991 skala VEI 6. Didahului oleh gempa tektonik berkekuatan 7,8 dengan jarak 60 km timur laut dari Pinatubo.

Selanjutnya, gempa tektonik kuat di dekat gunung api yang tengah aktif atau kritis. Ini juga diduga mampu mengubah tekanan gas di dapur magma yang terkocok dan mempercepat erupsi.

Ketiga. Akumulasi tegangan pada sistem sesar yang terhubung ke gunung api. Tegangan ini dapat memicu erupsi gunung api karena menekan kantung magma. Akibat tegangan menekan dapur magma, selubung dapur magma dapat melemah. 

Pelemahan selubung menyebabkan migrasi magma ke atas, melewati retakan baru yang terbentuk hingga akhirnya meletus.

Ada yang harus dicatat, vulkanolog membedakan setiap gunung api berdasar karakternya. Artinya setiap gunung-gunung api memiliki perilaku berbeda dalam hubungannya terhadap gempa. Misalnya Merapi yang kebetulan berjarak cukup dekat dengan sesar Opak.


Tidak semua mendukung teori, bahwa gempa tektonik sebagai faktor pemicu gunung api aktif erupsi lebih cepat atau lebih besar, ada juga yang kontra. Ya, penelitian memang akan terus berkembang. 

Gempa 1867 yang diduga berpusat di darat, tidak ada catatan erupsi Merapi saat itu. Newhall tahun 2000 menyebut ada beberapa kali letusan besar abad ke-19, tahun 1822, 1849, 1872. Jeda antar erupsi 1849, gempa 1867 dan erupsi 1872 jelas terlalu jauh.

Letusan abad ke-20 yaitu 1930 dan letusan terbesar 1931, tidak ada gempa tektonik signifikan. Merapi beristirahat antara 1935 – 1939, justru gempa besar terjadi 27 September 1937 jam 15:55 WIB berkekuatan 6.8 di kedalaman 55.0 km dan begitu juga pada gempa 1943.


Gempa 6.3 SR 25 Mei 2001, bukankah 3 Bulan sebelumnya Merapi erupsi bulan Februari ? 

Gempa tersebut berada di zona benioff wadati kedalaman 143.1 km, sulit menghubungkan kedua peristiwa ini sebagai rangkaian sebab akibat. Apalagi erupsinya kecil.

Mungkin hubungan feedback-effect bolak balik antar aktifitas gunung api dengan gempa tektonik hanya berlaku di sekitar gunung api yang tengah aktif dengan sesar aktif yang berjarak sangat dekat bukan tektonik regional. 

Selain berjarak sangat dekat, faktor skala yang sangat besar juga harus berperan jika episentrum gempa di subduksi.

Khusus untuk gempa tektonik berskala kecil di sekitar tubuh Merapi, mungkin saja kegempaan itu terjadi akibat migrasi magma ke Gunung sehingga proses itu mengaktifkan sesar di dekatnya, misalnya sesar Opak. Penelitian masa depanlah yang bisa menjawabnya.

Follow Jogja Uncover

Georitmus | MTGS

Seperti halnya di akun sosmed, di Blog ini kamu juga akan menemukan istilah Georitmus dan MTGS pada bagian menu.
  • Georitmus

    Grafik potensi.

  • Tanggal MTGS

    Kurun waktu potensi.

  • Mitigasi

    Persiapan dini.

  • Kesadaran

    Terciptanya masyarakat sadar bencana.

    SoraTemplates | Free Blogger Templates | Blogger