Potensi Letusan Gunung Api Merbabu yang Sedang Tidur

Gunung Merbabu adalah Gunung api Stratovolkano dorman (tidur panjang) sehingga dikategorikan sebagai gunung api tipe B sebagaimana Gunung Lawu. Ketegori tipe B artinya setelah tahun 1600 belum ada catatan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik.
Gunung Merbabu Meletus

Jika merujuk pada catatan Global Volcanism Program Simthsonian Institution, letusan Merbabu pernah terjadi pada 1560. Peristiwa ini terjadi 24 tahun sebelum gempa besar 1584-86 yang mengguncang Jawa.

Dalam Wichmann catalogue disebutkan gempa ini dirasakan diseluruh pulau Jawa. Perkiraan intensitas terbesar VIII MMI dan menyebabkan kerusakan pada Kompleks Candi Prambanan dan Borobudur.

Baca Selengkapnya disini
Megathrus Jawa

Sempat tertidur  237 tahun, dan kemudian terbangun pada 1797. Letusan Merbabu terakhir ini terjadi di era Hamengkubuwana II atau Raden Mas Sundoro yang bertahta di Kesultanan Yogyakarta pada 1792-1810. Van Hinloopen Labberton (1921), turut menyebutkan erupsi terakhir Gunung Merbabu terjadi tahun 1797.

Demikian juga menurut Mac Donald (1972), gunung Merbabu mengalami letusan samping dan sentral pada tahun 1797. Erupsi terakhir ini tercatat skala 2 VEI (Volcanic Explosivity Index) memuntahkan material sebanyak kurang dari 1 juta meter kubik, jika dibandingkan Letusan Merapi 2010 yang mencapai 4 VEI tentu tak sebanding.

Sejak 1797 Merbabu tertidur lagi hingga kini atau sudah 223 tahun lamanya. Hmmm apakah siklusnya adalah 200 tahunan ?! tunggu... minimnya catatan sejarah tak cukup untuk meyakinkan.

Magma Merbabu diduga berasal dari magma dalam, yang bersumber dari batas lempeng aktif subduksi yang menujam di bawah pulau Jawa. Penelitian kantung magma Merbabu oleh Muh Sarkowi dalam Interpretasi bawah permukaan Merbabu berdasar anomali Bouguer (2010) menyimpulkan;

Struktur regional yang mengontrol Merbabu adalah struktur subduksi di Selatan yang menembus pulau Jawa dengan kantong magma yang lebih kecil dibandingkan kantong magma Merapi.

Kantung magma Merapi tersisi oleh magma yang bersifat cair mengisi rongga-rongga, sedangkan kantung magma di Merbabu terisi oleh magma membeku atau kering sedangkan celah yang ada di bawahnya masih aktif dengan aliran magma yang tidak terlihat ke dalam gunung Merbabu.

Dimungkinkan bahwa aliran magma dari zona pelelehan ke dapur magma masih berlangsung, namun diduga tidak mengalir ke dapur magma Gunung Merbabu, tetapi mengalir ke dapur magma Merapi (Sri Mulyaningsih, dkk. 2016)

Imam Suyanto (2011) dalam Pemodelan Bawah Permukaan Merapi – Merbabu Berdasar Analisis Gravitasi menyimpulkan;

Sistem vulkanik gunung Merbabu dengan satu kantong magma pada kedalaman 4.5 km, sementara Merapi memiliki 2 kantong magma, kantong magma dangkal pada kedalaman 0,5 km dan kantong magma dalam dengan kedalaman 3,5 km.

Di Merapi terdapat 2 kantong magma, pada kedalaman 500 meter dan pada kedalaman 3,2 km di bawah puncak. Sedangkan Kantong magma gunung Merbabu hanya satu dan lebih jauh dibawah pundak di kedalaman 4,5 km.

Dari hasil interpretasi data geomagnet di daerah Gunung Merbabu didapatkan sumber anomali magnetik Gunung Merbabu yang lebih dalam (Situmorang, 1989). Hal ini dapat digunakan untuk alasan adanya perbedaan aktivitas antara kedua gunung tersebut.

Densitas batuan kantong magma di bawah Merbabu lebih besar dibandingkan dengan kantong magma Merapi. Demikian juga dengan kedalaman kantong magmanya. Kedua hal ini menjadi penyebab Merbabu lebih diam dibandingkan Merapi

Hingga kini fenomena magmatik Gunung Merbabu masih teramati berupa mata air panas, fumarol dan uap sulfatara, serta batuan alterasi argilik yang dijumpai di puncak. Artinya Merbabu diduga masih memiliki peluang untuk aktif normal, namun belum ada indikasi aliran magma yang naik ke permukaan dimana dapur magma Merbabu telah membeku, sehingga aliran magma cenderung ke Gunung api Merapi melalui celah yang menghubungkan jalur Merapi-Ungaran. 

Karena masih bersifat gunung api aktif, maka ada kemungkinan Merbabu meletus kembali (Subandriyo, BPPTKG), contohnya Sinabung yang semula masuk gunung api tipe B akhirnya aktif kembali sejak 2010 dan meletus hingga kini.

Namun harus dipahami, bangunnya Sinabung dari tidur panjang 400 tahun diawali oleh meletupnya megathrust Sumatera 26 Desember 2004 berkekuatan  9.1 kemudian disusul gempa megathrust  lain berkekuatan 8.6 pada 28 Maret 2005. Aktifitas tektonik di dekat Sinabung ini ditutup oleh gempa pada 7 April 2010 bermagnitudo 7.8 yang akhirnya mengusik tidur panjang Sinabung. Hingga 4 bulan kemudian 29 Agustus 2010 Sinabung memulai erupsinya hingga kini.

Gunung Sinabung juga berada di tepian barat laut patahan cekungan Gunung Toba, maka muncul dugaan bahwa ada keterkaitan antara Gunung Toba dengan Gunung Sinabung.

Selengkapnya simak disini.
Letusan Gunung Sinabung

Sekian

Follow Jogja Uncover

Georitmus | MTGS

Seperti halnya di akun sosmed, di Blog ini kamu juga akan menemukan istilah Georitmus dan MTGS pada bagian menu.
  • Georitmus

    Grafik potensi.

  • Tanggal MTGS

    Kurun waktu potensi.

  • Mitigasi

    Persiapan dini.

  • Kesadaran

    Terciptanya masyarakat sadar bencana.

    SoraTemplates | Free Blogger Templates | Blogger