Pralaya Medang dan Mitos Tsunami Jawa di Era Mataram Kuno

Prasasti Pucangan dibuat tahun 1041 M oleh Airlangga, yang menceritakan peristiwa Pralaya Mataram Kuno. Prasasti Pucangan mengisahkan serangan haji Wurawari dari Lwaram ke istana Medang di Wwatan. Peristiwa ditafsirkan terjadi tahun 1016/17 M era Raja Darmawangsa (991-1016 M). 

Tsunami dalam Pralaya Mataram Kuno

Serangan tiba-tiba ke istana saat pesta penikahan Pangeran Airlangga dan Dewi Laksmi ini menyebabkan Medang mengalami kehancuran, dibakar dan Dharmawangsa gugur beserta para petinggi kerajaan.


kutipan Prasasti Pucangan baris ke 5 “Pralaya rin yawadwipa I rikan sakakala 938/939 ri pralaya haji Wurawari maso mijil sanke Lwaram, ekarnawa rupanikan sayawadwipa rilan ka”


H. Kern 1913, mengartikannya "ketika terjadi pralaya di Pulau Jawa pada tahun 938/939 saka alias 1016/1017 M dari prahara Haji Wurawari, ketika ia keluar dari Lwaram, seperti hamparan lautan keadaan seluruh Pulau Jawa pada saat itu - rata"


Kata “ekarnawa”

Banyak yang menduga peristiwa serangan dibarengi dengan bencana berupa gempa bumi disertai tsunami, bahkan bisa disaksikan Airlangga dari pegunungan Wanagiri. Tapi sebenarnya, sangat mustahil tsunami terlihat dari sana dan masuk jauh kedaratan karena pantai di sana umumnya bertebing.

Tsunami Aceh hanya masuk 5km kedaratan padahal disana pantainya kebanyakan landai. Ada juga yang mengartikan Erlangga atau Airlangga itu orang yang selamat dari banjir, ini yang membuat beberapa orang yakin pralaya itu bencana Tsunami


Arti Nama. 

Erlangga berasal dari bahasa Sanskerta. Artinya menyeberangi laut. Pada masa lampau, Raja Airlangga menyeberangi lautan dari Bali ke Pulau Jawa karena ia adalah anak dari Raja Bali bernama Udayana yang kemudian pindah dan memimpin kerajaan di Jawa.

Menurut Newhall 1995, masyarakat Jawa Timur mempercayai bahwa mereka bukan berasal dari Jawa Tengah dan Raja Erlangga juga dari Bali. Petilasan Airlangga sendiri selama pelarian pasca serangan Wurawari ada di Sendang Made, Jombang. 

Lokasinya di dekat Gunung Pucangan, kemudian Airlangga mengeluarkan prasasti pucangan untuk menuliskan kembali kisah pengembaraan beserta seluk-beluk silsilahnya. Prasasti itu ditemukan di Gunung Pananggungan, Jawa Timur


Pak Awang pada bulan April 2006 lalu menulis di sebuah forum. Kern menafsirkan isi Prasasti bahwa kerusakan itu simbolik, maksudnya peperangan. Tetapi, van Labberton 1922, menafsirkan kerusakan akibat bencana alam. 

Kata "arnawa" menggambarkan suatu bencana, banjir besar volcanic mud flows (lahar). Sementara menurut Prof. C.C. Berg, "arnawa" / "ekarnawa" artinya Lautan Susu. Mitologi Hindu menyebut lautan susu ini diaduk oleh para dewa pada awal zaman untuk keabadian.

"Jawa seperti sebuah lautan susu" artinya chaos. Dari chaos itu timbul keabadian. Raja-raja Jawa percaya mati dan lahirnya raja baru selalu disertai letusan gunungapi yang hebat. seperti dalam "Tahta untuk Rakyat" biografi Sri Sultan Hamengku Buwono IX, begitulah tulis Pak Awang


Jadi serangan ini berbarengan bencana letusan gunung api ? 

Dalam sebuah cerita di naskah Jawa kuno banyak cerita dalam peristiwa bencana yang berdekatan lalu dikemas dalam 1 kalimat cerita sehingga waktunya tumpang tindih, ini juga berlaku di Prasasti. Jadi bisa diragukan peristiwa Pralaya terjadi dalam satu waktu, bisa saja bencana alam itu terjadi beberapa hari atau minggu pasca serangan Wurawari. 


Bencana Apa ?

Kemungkinan adalah gempa bumi tektonik kemudian disusul erupsi gunung api, atau bisa juga erupsi gunung api yang dibarengi gempa vulkanik kuat karena gempa vulkanik umumnya bagian dari erupsi. Karena gempa tektonik yang sangat kuat bisa memicu erupsi gunung api. 

 “Lautan susu yang diaduk” lebih mirip peristiwa gempa, banjir lahar dingin dan sebaran abu vulkanik yang memutih. Sementara “Rata" mungkin dampak dari gempa tektonik.


Seluruh pulau Jawa ?

Jika Airlangga menyaksikan peristiwa ini dari pegunungan Wanagiri, jarak pandangnya sangat terbatas, tak mungkin melihat seluruh pulau Jawa, dan tak mungkin yang dilihatnya adalah tsunami alasannya sama seperti yang disebutkan di atas.

“Seluruh pulau Jawa” mengarah ke hiperbola yang berbau kepentingan politis. Kalimat seluruh Jawa untuk mendramatisir peristiwa tersebut. Bisa jadi untuk menggambarkan kekalahan dramatis, agar mendapat simpati rakyat.

4 tahun pasca Pralaya, Newhall 1998, menyebut Merapi meletus tahun 1020 M berskala VEI 4. Ini letusan besar yang menguatkan asumsi adanya aktifitas gempa tektonik besar sebelumnya di sebelah tenggara pesisir Jogja atau Selatan Jawa Timur.


Lalu erupsi Merapi tahun 1020 ini semakin membuat danau purba Borobudur dangkal dan sempit dan akhirnya menjadi kering. Juga sangat mungkin bencana dalam Pralaya 1016/17 itu bukan bersumber dari Merapi tapi salah satu gunung di Jawa Timur.

Follow Jogja Uncover

Georitmus | MTGS

Seperti halnya di akun sosmed, di Blog ini kamu juga akan menemukan istilah Georitmus dan MTGS pada bagian menu.
  • Georitmus

    Grafik potensi.

  • Tanggal MTGS

    Kurun waktu potensi.

  • Mitigasi

    Persiapan dini.

  • Kesadaran

    Terciptanya masyarakat sadar bencana.

    SoraTemplates | Free Blogger Templates | Blogger