Toponimi adalah bidang keilmuan dalam linguistik yang membahas tentang asal-usul penamaan nama tempat, wilayah, atau suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alami dan buatan.
Toponimi berkaitan dengan bidang etnologi dan kebudayaan. Pada beberapa kasus, nama-nama jalan berkaitan dengan sejarah, mitos, maupun legenda suatu tempat.
Beberapa toponimi di sekitar candi Borobudur diplot dalam peta untuk mengetahui sebaran danau purba Borobudur pada saat candi ini dibangun antara tahun 750an hingga 800an.
Wanurejo adalah daratan ?
Kata Wanurejo berasal dari bahasa Sansekerta, vanua artinya desa, dan reja berarti makmur. Nama vanurejo ada dalam prasasti Canggal tahun 723 M, disebut sebagai salah satu desa makmur pada masa kerajaan Mataram Hindu.
Vanurejo juga ada dalam prasasti Karang Tengah tahun 812 M. Jadi dapat diduga wilayah ini dulu adalah daratan, namun ada juga yang mengartikan Wanurejo sebagai pusat air.
Dua kemungkinan arti pusat air yaitu, pusat air minum masyarakat waktu itu atau pusat air dalam arti danau. Karena di daerah ini terdapat mata air payau, campuran antara air tawar dan air laut, bisa jadi Wanurejo ini dulu berupa danau atau bisa juga berada di tepian antara danau purba dan daratan.
Berbeda dengan situs Brangkal yang memiliki sumber mata air asin dan berwarna. Penelitian Prabowo (2001) juga mengungkap di Dusun Brangkal dan Palian memiliki kadar DHL yang tinggi hingga diketahui air di sana memiliki tingkat kadar garam dalam air yang tinggi.
Bumisegoro.
Berasal dari kata dari Bumi dan Segoro yang berarti “tanah air”. Bumi bermakna suatu daerah yang luas sedangkan Segoro berarti laut, jadi artinya permukaan Bumi dengan wilayah perairan yang luas.
Jika perairan Bumisegoro ini bentuknya rawa, maka makin menguatkan toponimi Sebrangrawa. Nama Sebrangrawa berasal dari kata Sabrang yang artinya berseberangan dan Rawa yang berarti suatu genangan air. Alias daratan yang berseberangan dengan Bumisegoro.
Topografi Tanjungsari.
Tanjung artinya daratan yang menjorok ke laut, tanjung yang luas disebut semenanjung.
Dusun Gopalan.
Kalo kita dari Borobudur mau menyeberang ke Tanjungsari, tentunya saat itu menggunakan perahu atau kapal. Go singkatan kata nganggo atau memakai, palan artinya kapalan atau berkapal. Jadi untuk menyeberang kita memakai kapal atau perahu, jadilah toponimi Dusun Gopalan.
Murwanto, dkk (2001) menyimpulkan lingkungan di Cekungan Borobudur sebelumnya berupa laguna dimana air asin terpisah dari laut. Laguna lambat-laun berubah jadi danau di akhir plistosen ±22.000 tahun lalu dan menurut Murwanto (1996).
Danau purba Borobudur kemudian pelan mulai terkubur di akhir abad ke-13 atau tahun 1288 M akibat endapan erupsi berkali-kali Merapi, Sindoro dan Sumbing.