Di era Mataram Kuno inilah Candi Borobudur didirikan. Namun tidak ada bukti sahih yang menjelaskan kapan dan siapa yang membangun Borobudur. Menurut Badan Konservasi Borobudur berdasarkan kepercayaan, arsitek yang merancang Candi Borobudur bernama Gunadharma. Konon Borobudur dibangun dalam 5 tahap selama 50-100 tahun. Informasi tekstual mengenai Candi Borobudur sangat terbatas dan versi tahun dimulainya pembangunan berbeda-beda antar sejarawan namun umumnya menyebut kisaran tahun 750 hingga 780an Masehi berdasar interpretasi Prasasti.
Berdasarkan interpretasi Casparis pendiri Borobudur adalah Samaratutungga yang memerintah tahun 782 – 812 M. Menurut Slamet Muljana, Samaratungga identik dengan Rakai Garung yang naik tahta Medang sebelum tahun 819 (prasasti Pengging) dan berakhir sebelum 842 M.
Prasasti Kayumwungan atau Karangtengah Maret-Mei 824 Masehi. Berisi informasi tentang raja bernama Samaratungga dan anaknya bernama Pramodawardhani yang mendirikan bangunan suci Jinalaya bertingkat-tingkat yang sangat indah. Bangunan ini diduga merujuk pada selesainya pembangunan Borobudur, sebutan lain bagi bangunan ini sebagai da avidam, yaitu bangunan berlapis sepuluh yang sangat tepat dengan jumlah tingkatan pada Candi Borobudur.
Prasasti Tepusan/ Kahulunan November 842 menyebut adanya tokoh Sri Kahulunan yang telah menetapkan beberapa desa sebagai daerah perdikan untuk merawat Kamulan Bhumisambhara. Yang dimaksud Bhumisambhara adalah Candi Borobudur. Interpretasi Casparis kemudian jadi rujukan berdirinya Candi Borobudur, pendapatnya didukungan John N. Miksic, peneliti dari National University of Singapore. Sejarawan Slamet Muljana juga menyebut Borobudur berasal dari kata Kamulān Bhūmisambhara.
Sejarawan Dr. De Casparis menafsirkan istilah Sri Kahulunan dengan “permaisuri”, yaitu Pramodawardhani, karena pada saat itu Rakai Pikatan diperkirakan sudah menjadi raja. Namun tafsir lain dari Drs. Boechari bermakna ibu suri, atau permaisuri dari Samaratungga.