Merapi & Merbabu dari Arah Utara |
Isu Gunung Merapi Meletus dan Tanda Alam
• Hembusan dan Letusan Freatik
Sama-sama bukan produk erupsi Magmatik namun kerap menjadi bahan bakar bagi para penebar hoax untuk meresahkan masyarakat. Warga di lereng Gunung Merapi awalnya memang belum mengenal fenomena hembusan dan letusan Freatik. Merapi sendiri baru memiliki sifat ini pasca letusan 2010.
Perbedaan Freatik atau Hembusan dan Magmatik
Freatik
Adalah letusan yang terjadi akibat rembesan air (kebanyakan produk hujan) di puncak kawah yang menembus dinding sumbatan batas luar dan dalam gunung api kemudian benerobos saluran piva lalu bertemu magma pijar yang bersuhu tinggi.
Pertemuan materi yang berbeda suhu ini menghasilkan reaksi tekanan uap secara seketika. Tekanan ini terdorong keluar melalui celah kawah dan meletupkan material yang didominasi oleh uap air dan asap yang bercampur dengan material lama.
Letusan freatik yang menghebohkan pernah terekam 22 Juli 2013 dan pagi hari 18 November 2013 silam. Saat itu terlihat kepulan asap hitam bercampur debu membubung di langit pagi Sleman dan memuculkan banyak staus di media sosial berupa kalimat " Merapi Meletus ! ".
Fenomena freatik cenderung tak dapat dideteksi karena tidak menunjukkan gejala apapun. Material hembusan relatif aman karena bersuhu relatif rendah tidak akan mengakibatkan terbakarnya objek yang terkena langsung (Subandrio BPPTKG dilansir KR Edisi Cetak). Walaupun berdurasi singkat, namun bagi masyarakat yang tinggal di kawasan lereng harus tetap menjaga kewaspadaan karena letusan ini menghasilkan hujan kerikil dan abu yang berbahaya bagi kesehatan.
Hembusan
Pagi 10 Maret 2014 terjadi hembusan di puncak gunung Merapi dan menyebabkan hujan abu di Desa Umbulharjo, Kepuharjo, Sidorejo, Balerante hingga kawasan Kaliurang sekitar pk 07:30 WIB. 27 Maret 2014, terjadi lagi hembusan yang berlangsung 4 menit pada pk 13.12 - 13.16 WIB.
Rumah warga di lereng Merapi turut bergetar. Tak lama kemudian berlangsung hujan abu, pasir dan kerikil di Glagaharjo, Kendalsari, Argomulyo, Deles, Kepuharjo Ngemplakseneng, Balerante, Kali Bebeng. Suara Gemuruh dan getaran terdengar dan terasa di daerah Pakem, Argomulyo, Glagaharjo, Tlogo Lele dan Tegalrandu (Data BPPTKG).
Sore itu juga beredar sms akan adanya erupsi besar Merapi pada malam hari. Padahal BPPTKG sudah menjelaskan bahwa kondisi Merapi "Aktif Normal" masyarakat dihimbau tetap waspada namun tak perlu resah.
Menurut Subandriyo (melalui Tribun), penyebabnya hembusan hampir sama dengan letusan freatik. Hanya saja, karena tidak ada akumulasi gas yang tinggi, sehingga hembusannya lebih kecil. Hembusan dipicu dua gempa tektonik yang terjadi Kamis pukul 01.16 dan 03.52. Peristiwa ini juga merupakan dampak ikutan dari gempa vulkanik yang terjadi pada Senin 24 Maret 2014 pukul 11.00 di kedalaman 4 kilometer dari puncak.
Magmatik
Adalah letusan yang berasal dari muntahan material baru dari dalam perut Merapi, berupa magma dan bebatuan yang besar dan panas, magma yang keluar bisa menjadi "wedus gembel" ataupun lelehan lava bersuhu tinggi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dan berkelanjutan.
Aktivitas magmatik Merapi umumnya diawali sejumlah pertanda yang akan dikupas dalam artikel selanjutnya. Letusan magmatik terakhir terjadi pada Oktober 2010.
• Siklus Merapi
Saya termasuk orang yang ragu dengan siklus 4 tahunan. Namun lebih percaya pada siklus kurun waktu dimana dalam kurun waktu tertentu Gunung Merapi memang harus memuntahkan energinya agar tidak terakumulasi menjadi erupsi yang dahsyat. Mengapa?! karena secara prinsip magma di dalam perut Merapi itu seperti Manusia yang harus BAB. Jika tak dikeluarkan rutin kamu tau sendiri to rasa dan dampaknya?!
Siklus 4 tahunan lebih baik dijadikan "warning" mitigasi untuk terus mengingatkan masyarakat akan bahaya Merapi hingga tak terlena dan melupakan pemahaman Mitigasi bencana. Karena pada kenyataannya Gunung Merapi dalam sejarah letusan sejak 2010 mundur ke masa lampau tak memiliki siklus matematis ini. Merapi tak pernah "Berjanji" untuk menyapa warga Yogyakarta setiap 4 tahun atau 5 tahun sekali. Kitalah yang harus berjanji untuk terus membiarkannya tumbuh alami dan menjaganya dari kerusakan. Itulah "Janji" yang ditagih gunung Merapi.
• Gempa Tektonik
Gempa bumi besar di laut selatan atau gempa bumi sedang di darat Yogyakarta tak jarang menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang bakal membuat Merapi erupsi. Perasaan khawatir ini tentu cukup mudah di sulut menjadi kecemasan jika dihembuskan sedikit isu negatif.
Eggert & Walter (2009) dalam penelitiannya mengenai aktivitas erupsi gunung api yang dipicu gempa bumi tektonik kuat menyimpulkan bahwa aktivitas erupsi gunung api lebih sering terjadi pada gunung api yang lokasinya berdekatan dengan zona seismik aktif.
Posisi dapur magma Merapi sendiri berdekatan dengan zona aktif sesar Opak Jogja, jadi sangat memungkinkan dapur magma terpengaruh gelombang seismic saat gempa bumi terjadi. Terutama pada episentrum di dekat Gunung Merapi dengan skala yang cukup untuk mengocok dapur magma-nya.
Walter et al. (2007) menyimpulkan adanya sebuah hubungan antara erupsi Merapi 2001 dan 2006 dengan peristiwa gempa bumi tektonik yang terjadi sebelumnya. Dalam penelitiannya Walter et al. menunjukkan bahwa aktivitas Merapi sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan tegangan kerak bumi terkait dengan aktivitas gempa bumi tektonik yang terjadi di dekatnya.
• Penampakan Awan Mbah Petruk
Untuk mitologi atau klenik yang satu ini tak ada yang bisa Jogja Uncover jelaskan. Hanya tentang kearifan lokal untuk "warning" agar menjaga kewaspadaan hingga tidak melupakan prinsip mitigasi warga lereng gunung Merapi.
Artikel selanjutnya Tanda Merapi Akan Meletus