Photo: Tom Pfeiffer |
Memahami gejala ini adalah sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana bagi masyarakat secara mandiri dan terukur. Bukan asal menebak hingga mudah terjebak oleh berita hoax yang menyesatkan.
Baca juga disini, isu Gunung Merapi Meletus
Tanda-tanda akan meletusnya gunung Merapi ini tentu tak serta-merta jadi acuan mengingat kadang gejala awal tak selalu diiringi oleh letusan. Berikut beberapa tanda dan gejala yang secara umum dapat diketahui oleh awam :
Terdengar suara gemuruh dari dalam gunung.
Adanya suara gemuruh terdengar disebabkan oleh turbulensi gas vulkanis yang melintasi piva kepundan gunung api. Pada saat gas vulkanis naik, batu-batu di dalam kepundannya naik turun saling membentur dan menabrak dinding gunung hingga menimbulkan suara gemuruh. Pada fase ini Merapi belum bisa diprediksi akan meletus dan masih jauh dari kondisi erupsi yang masuk kategori fase empat.
Binatang di sekitar gunung bermigrasi ke bawah.
Meningkatnya aktifitas kawah (kubah lava) dan suara gemuruh memicu ketidaknyamanan dan kegelisahan binatang. Sehingga pada kondisi seperti ini, banyak hewan-hewan di sekitar gunung bermigrasi dan turun ke pemukiman penduduk yang berada di kaki gunung.
Beberapa hewan yang merasa gelisah hingga melakukan migrasi saat gunung Merapi akan meletus adalah sekawanan burung, Kera, Ayam Hutan, Macan dan Kijang.
Berubahnya warna asap
Dalam kesehariannya Gunung Api memang rutin mengeluarkan asap solfatara dari kepundannya, ini merupakan karakter gunung api yang masih aktif. Jika akan meletus biasanya muncul asap tebal didominasi abu berwarna hitam pekat akibat terangkatnya material kawah yang terdorong oleh pelepasan gas vulkanik.
Gempa-gempa vulkanik Tinggi.
Sebagian besar gempa bumi vulkanik hanya tercatat di alat Seismograf, namun kadang bisa penduduk lereng rasakan.
Baca juga disini, isu Gunung Merapi Meletus
Tanda-tanda akan meletusnya gunung Merapi ini tentu tak serta-merta jadi acuan mengingat kadang gejala awal tak selalu diiringi oleh letusan. Berikut beberapa tanda dan gejala yang secara umum dapat diketahui oleh awam :
Terdengar suara gemuruh dari dalam gunung.
Adanya suara gemuruh terdengar disebabkan oleh turbulensi gas vulkanis yang melintasi piva kepundan gunung api. Pada saat gas vulkanis naik, batu-batu di dalam kepundannya naik turun saling membentur dan menabrak dinding gunung hingga menimbulkan suara gemuruh. Pada fase ini Merapi belum bisa diprediksi akan meletus dan masih jauh dari kondisi erupsi yang masuk kategori fase empat.
Binatang di sekitar gunung bermigrasi ke bawah.
Meningkatnya aktifitas kawah (kubah lava) dan suara gemuruh memicu ketidaknyamanan dan kegelisahan binatang. Sehingga pada kondisi seperti ini, banyak hewan-hewan di sekitar gunung bermigrasi dan turun ke pemukiman penduduk yang berada di kaki gunung.
Beberapa hewan yang merasa gelisah hingga melakukan migrasi saat gunung Merapi akan meletus adalah sekawanan burung, Kera, Ayam Hutan, Macan dan Kijang.
Berubahnya warna asap
Dalam kesehariannya Gunung Api memang rutin mengeluarkan asap solfatara dari kepundannya, ini merupakan karakter gunung api yang masih aktif. Jika akan meletus biasanya muncul asap tebal didominasi abu berwarna hitam pekat akibat terangkatnya material kawah yang terdorong oleh pelepasan gas vulkanik.
Gempa-gempa vulkanik Tinggi.
Sebagian besar gempa bumi vulkanik hanya tercatat di alat Seismograf, namun kadang bisa penduduk lereng rasakan.
Gempa vulkanik terjadi akibat pergerakan naiknya magma yang berlangsung di dalam perut bumi menuju kepundan, disertai sentakan fluida gas vulkanis yang mendorong material di dalam perut gunung. Semakin sering gempa semakin dekat menuju letusan.
Titik api diam dan kubah lava di puncak.
Untuk gunung Merapi umumnya muncul titik api diam yang terlihat di puncak pada malam hari, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah. Inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya kubah lava dan guguran lava pijar. Setelah itu terjadi peningkatan guguran lava dan disusul dengan awan panas kecil. Pada fase ini gunung Merapi telah siap menuju erupsi pertamanya.
Berikut status level suatu gunung berapi sebelum meletus:
Level Normal
Tidak dijumpai gejala aktivitas vulkanik yang terekam oleh peralatan pemantau gunung api. Pada status ini gunung api bebas didaki dengan tetap mengikuti petunjuk oleh petugas.
Level Waspada
Adanya aktivitas melebihi batas normal seperti aktivitas seismik dan kejadian vulkanik lainnya dan mulai menunjukan aktivitas magma, tektonik dan hidrothermal di sekitar gunung.
Level Siaga
Gunung berapi sudah dalam proses kearah letusan yang ditandai dengan peningkatan seismik secara signifikan dan telah memenuhi semua syarat untuk terjadi letusan.
Level Awas
Inilah fase kritis menuju letusan.
Artikel selanjutnya... Mengungkap Arah Terowongan Taman Sari
Titik api diam dan kubah lava di puncak.
Untuk gunung Merapi umumnya muncul titik api diam yang terlihat di puncak pada malam hari, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah. Inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya kubah lava dan guguran lava pijar. Setelah itu terjadi peningkatan guguran lava dan disusul dengan awan panas kecil. Pada fase ini gunung Merapi telah siap menuju erupsi pertamanya.
Berikut status level suatu gunung berapi sebelum meletus:
Level Normal
Tidak dijumpai gejala aktivitas vulkanik yang terekam oleh peralatan pemantau gunung api. Pada status ini gunung api bebas didaki dengan tetap mengikuti petunjuk oleh petugas.
Level Waspada
Adanya aktivitas melebihi batas normal seperti aktivitas seismik dan kejadian vulkanik lainnya dan mulai menunjukan aktivitas magma, tektonik dan hidrothermal di sekitar gunung.
Level Siaga
Gunung berapi sudah dalam proses kearah letusan yang ditandai dengan peningkatan seismik secara signifikan dan telah memenuhi semua syarat untuk terjadi letusan.
Level Awas
Inilah fase kritis menuju letusan.
Artikel selanjutnya... Mengungkap Arah Terowongan Taman Sari