Secara luas diketahui, ketika gempa terjadi di daratan Jogja maka ingatan kita akan langsung tertuju pada keberadaan Sesar Opak. Wajar, karena Sesar legendaris yang awalnya dianggap “purba” ini langsung popular pasca gempa Jogja 2006 dan mengundang ilmuan dalam serta luar negeri untuk menelitinya.
Selain Opak, sebenarnya sudah sejak lama desas desus adanya sesar-sesar lain yang ikut menemani si Opak, salah satunya adalah Sesar Dengkeng. Namun “senyap”nya aktifitas sesar ini membuat Dengkeng seakan antara ada dan tiada. Ditambah lagi tak ada namanya disebutkan dalam rilis Peta Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Nama sesar Dengkeng mulai menghilang dari peredaran.
Tahun 2017 muncul gempa yang sangat kecil di Utara Kota Jogja, anehnya cukup jauh dari Sesar Opak maupun Sesar Dengkeng di masa itu.
Hingga akhirnya tahun 2022 muncul titik terang pada perhelatan “Workshop Nasional Perkembangan Pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Terkini”. Keberadaan Sesar Dengkeng diungkap secara terang dan disebut dengan nama baru sebagai “ Sesar Mataram ”.
Apakah sesar Mataram atau Dengkeng sebenarnya adalah dalang gempa besar yang sangat merusak pada tahun 10 juni 1867 ? Belum saya temukan jawaban pasti
Sesar Mataram membentang dari Timur ke Barat melintasi Kota Jogja. Informasi ini tentu harus disikapi dengan peningkatan upaya Mitigasi baik mandiri maupun kelompok di Masyarakat.
Sekian