Legenda Minyak Bumi Blora dan Pralaya Runtuhnya Mataram Kuno


Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI dan LORAH. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah. Seiring dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi Bailorah, dari ini menjadi Balora dan kata Balora akhirnya menjadi BLORA (Wikipedia).

Sementara dalam cerita rakyat, Blora disebut berasal dari kata BELOR yang berarti lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran dan sekarang lebih dikenal dengan nama BLORA yang artinya tanah rendah berair atau tanah berlumpur.

Blora memiliki cerita panjang yang turut mewarnai perjalanan sejarah Kesultanan Mataram Islam hingga masa lalu runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno. Dan Cepu sebagai nama Kecamatan di Kabupaten Blora sudah terdengar sejak zaman Panembahan Senopati. Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati adalah pendiri Kesultanan Mataram Islam tahun 1587.

Nama Cepu diambil dalam kisah Arya Penangsang yang tertancap tombak di pahanya, yaitu pada saat pertempuran antara Jipang Panolan dan Pajang di pinggiran bengawan Solo. Dalam bahasa Jawa  “nancep pupu” menjadi Cepu.

Sementara di era yang lebih tua yaitu kerajaan Mataram Kuno, yang paling terkenal tentu adalah peristiwa berdarah Pralaya atau Mahapralaya Medang.

Masa Pralaya adalah peristiwa ketika Istana Medang ( Mataram Kuno ) milik raja Dharmawangsa Teguh di Wwatan diserbu dan dihancurkan secara mendadak oleh raja Wurawari dari Lwaram pada tahun 1016 M. (Coedes, 2010: 202).

Pralaya Medang di era Mataram kuno dalam Prasasti Pucangan (Calcuta) yang dikeluarkan Erlangga pada 963 tahun Saka atau tahun 1041 Masehi berbunyi :
“ri kālaning pralāya ring yawadwipa i rikāng sakakāla (Tahun tidak terbaca dengan jelas) 928 / 938 / 939 saka ri prahara H Aji Wurawari masö mijil sangke lwaram ekarnawa rūpanikāng sayawadwipa rikāng kāla”

Diterbitkan H. Kern yang artinya kurang lebih :
"ketika terjadi pralaya di Pulau Jawa pada tahun 928 / 938 / 939 saka dari prahara H Aji Wurawari, ketika ia keluar dari Lwaram, seperti hamparan lautan keadaan seluruh Pulau Jawa pada saat itu - rata".

Versi tahun peristiwa Mahapralaya 938 Saka +78 : 1016 Masehi (Boechari, 1976). Tahun Suryasengkala "Locana agni vadane" berarti tahun 1010 M. Sedangkan jika membacanya "Sasalancana abdi vadane" maka berarti 1016 M.

Peristiwa ditafsirkan terjadi tahun 1016 M era Raja Darmawangsa (991-1016 M) saat berlangsung pesta penikahan Pangeran Airlangga (16 tahun) dengan Dewi Laksmi, putri sulung Dharmawangsa. 

Di tengah keramaian, tiba-tiba istana diserang dan dibakar Wurawari, Serangan ini menyebabkan Medang mengalami kehancuran dan menyebabkan gugurnya Dharmawangsa beserta para petinggi sebagai akhir dari kerajaan Mataram Kuno.

Hasil analisis toponimi (nama tempat), kemungkinan penyebutan nama Lwaram berubah. “Pelesapan konsonan ’w’, penyengauan di awal kata dan perubahan vokal ’a’ menjadi ’o’ merubah nama lama Lwaram menjadi Ngloram.

Seiring perkembangan zaman, Lwaram berubah menjadi nama Desa Ngloram yang letak geografisnya berlokasi di tepian Bengawan Solo kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Di Desa inilah ditemukan Situs Wurawari.

Temuan situs Wurawari pada ketinggian 37mdpl menguatkan cerita Pralaya ini. Di lahan kosong di pinggiran pemukiman penduduk dan areal persawahan terdapat situs dengan ukuran 100 x 100m yang oleh warga lokal disebut punden Nglinggo dan Punden Ngloram. 

Situs ini tersusun dari tumpukan batu yang berundak, dengan puncaknya terdapat makam yang tidak diketahui namanya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden. Di sebelah kiri bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram. 

Situs Wurawari diduga kuat merupakan bagian dari Istana Wurawari yang berkuasa di wilayah Blora (saat ini), dan kemudian dihancurkan oleh Airlangga tahun 1032 M (954 saka) sebagai balas dendam atas peristiwa Pralaya 1016 Masehi.

Pada zaman kolonial Belanda, Blora jadi salah satu wilayah penting karena kandungan migas yang artinya sudah sejak lama bahkan sebelum Indonesia merdeka kemudian berlanjut di era kemerdekaan. 

Sejarah minyak Blora ditemukan atas peran Raden Mas Adipati Arya (RMAA) Tjokronegoro III Bupati Blora yang menjabat 1886-1912. Beliau 1887 mendorong Adrian Stoop, pemilik perusahaan minyak belanda "De Dordtsche Petroleum Maatschappij" hingga menemukan sumber minyak tahun 1890.  
sejarah minyak bumi cepu
Rig Pengeboran Minyak di Cepu th 1910. 
Foto : Leiden University Libraries

Masyarakat turut memanfaatkan ratusan sumur-sumur tua peninggalan Belanda ini untuk di eksplorasi secara tradisional. Jumlah sumur tua yang ada mencapai 648 buah dengan 112 di antaranya masih aktif memproduksi minyak.

Salah satu sumur tua bersejarah adalah Situs Sumur Magung atau disebut dengan “ Mbah Magung “ di Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. Sumur Magung jadi sumur minyak pertama di Jawa, yang dieksplorasi oleh Belanda. 

Berdasarkan legenda versi pertama, keberadaan minyak di Desa Ledok ini sudah ditemukan Ki Jati Kusumo seorang tokoh asal Blora. minyak dari Sumur Magung digunakan oleh Ki Jati Kusumo untuk menyalakan obor pada 1901. 

Berdasarkan legenda versi kedua, penemuan Eyang jati Kusumo tersebut jauh sebelum kedatangan Adrian Stoop. Beliau diutus kesultanan Pajang menjelajahi hutan tanah Jawa untuk mencari pusaka kesultanan yang hilang.

Konon Jati Kusumo adalah salah satu pangeran dari kesultanan Pajang, yang mempunyai kesaktian tinggi, suka menolong orang lain, mengembara kemana-mana dengan tujuan untuk menyebarkan Agama Islam. Terbukti dengan adanya bangunan masjid disana karena jasa-jasanya.

Hutan belantara di desa Ledok menjadi salah satu yang disinggahinya, di sini pada suatu senja Eyang Jati Kusumo hendak melakukan Sholat Maghrib. Sebelum memulai sholat, Eyang jati Kusumo menancapkan tongkatnya ke tanah.

Selesai salat Eyang Jati Kusumo mengambil tongkatnya dan mendapati bahwa lubang bekas tancapan tongkatnya mengeluarkan minyak mentah. Karena banyaknya minyak yang keluar, Eyang Jati Kusumo pun memberi nama bekas lubang tancapan tersebut dengan nama Sumur Magung.

Selama menjelajahi hutan tanah Jawa inilah Eyang Jati Kusumo menggunakan minyak lantung (minyak bumi mentah) untuk menyalakan obor. Dan kemudian Sumur Magung menjadi tempat keramat yang disakralkan masyarakat setempat.

Sumur minyak tua di Ledok menyimpan banyak cerita mistis. Salah satunya banyak pantangan yang tak boleh dilanggar oleh para penambang. Jika dilanggar sumur tua tak mau mengeluarkan minyak. 

Follow Jogja Uncover

Georitmus | MTGS

Seperti halnya di akun sosmed, di Blog ini kamu juga akan menemukan istilah Georitmus dan MTGS pada bagian menu.
  • Georitmus

    Grafik potensi.

  • Tanggal MTGS

    Kurun waktu potensi.

  • Mitigasi

    Persiapan dini.

  • Kesadaran

    Terciptanya masyarakat sadar bencana.

    SoraTemplates | Free Blogger Templates | Blogger