Peristiwa pembacokan di Jogja yang populer dengan sebutan Klitih Jogja atau Nglitih mulai kembali marak terjadi di kota pelajar ini. Kasus terbaru yang paling menyita perhatian media yaitu peristiwa pembacokan yang menewaskan seorang pelajar SMU Muhammadiyah 1 pada pertengahan Desember 2016.
Nglitih Jogja khususnya di kalangan anak pelajar bukan hal yang baru, sudah ada sejak beberapa tahun silam. Itulah kenapa ada Istilah "Jam Jahat" jamnya operasi Klitih ( Khusus jam jahat ini akan Jogja Uncover ulas di artikel selanjutnya ). Fenomena Nglitih di Jogja sendiri secara umum diartikan sebagai tindak kekerasan sekelompok pelajar yang umumnya siswa SMA atau SMK di Jalanan Jogja yang mencari korban berdasarkan target anak Sekolah.
Dahulu kata KLITIH pertama kali saya dengar hanya untuk merujuk istilah ke pasar Klitikan Jogja. Klitih kata orang-orang Jogja dulu artinya melakukan aktivitas yang tidak jelas dan bersifat santai, sambil mencari barang bekas di Klitikan. Ada juga yang menggunakan kata Nglitih untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai tanpa tujuan yang jelas.
Fenomena Klitih atau Nglitih yang sering disebut baru-baru ini tentu berbeda lagi maknanya, Klitih sekarang adalah kelanjutan dari budaya tawuran pelajar di kota Jogja. Budaya tawuran sendiri sudah ada dari tahun 80an hingga 90an. Secara umum tawuran di masa itu dimotori oleh 2 genk besar yang sangat melegenda dan biasa menyebut dirinya dengan nama QZRUH ( kisruh ) dan rivalnya JOXZIN.
QZRUH adalah singkatan dari Q-ta Zuka Ribut Untuk Hiburan. Sering juga disingkat dengan QZR dan menjadi penguasa wilayah Jogja bagian Utara. Sementara lawannya JOXZIN adalah singkatan dari ‘Joxo Zinthing’ alias ‘Pojox Benzin’ (pojokan pom bensin alun-alun), alias Jogja Zindikat dan disingkat dengan JXZ. Genk legendaris satu ini menguasai wilayah Malioboro hingga Jogja ke Selatan.
Istilah KLITIH sebagai pengganti kata tawuran pertama kali admin dengar pada tahun 2009, namun penggunaan istilahnya belum begitu sepopuler sekarang, dan baru pada sekitar tahun 2013 sering diucapkan. Istilah Nglitih sepertinya lahir mengganti kata tawuran setelah peristiwa pembacokan yang marak hampir tiap minggu terjadi sepanjang 2011 hingga 2012 lalu. Saat itu wisatawan sering memplesetkan kalimat "Jogja Kota Pelajar" dengan "Jogja Genk Pelajar".
Maraknya pembacokan di Jogja itu turut disikapi oleh sekitar 500 pelajar SMP dan SMA bulan September 2012 di lereng Gunung Merapi, Sleman, dengan menggelar aksi keprihatinan atas tawuran pelajar dengan kekerasan hingga mengakibatkan korban meninggal dunia.
Tahun yang sama, media Seputar Indonesia (SINDO) menemukan setidaknya ada 60 genk pelajar yang eksis di Jogja dan sekitarnya, baik level SMP ataupun SMA. Sekumpulan genk ini mencatat peristiwa tawuran dan kekerasan yang sulit terekam jumlahnya. Namun berdasarkan penelusuran berita di koran Tribun dan Kedaulatan Rakyat setidaknya ada ± 30an peristiwa kekerasan di tahun 2012 dan lebih banyak lagi terjadi di tahun 2011.
Aparat kepolisian tahun 2013 sebenarnya telah mampu meredam aksi anarkis pelajar ini, hingga jauh berkurang. Namun sangat segar diingatan kita pada tahun 2014 korban pembacokan kembali berjatuhan, tak hanya pelajar tapi juga mahasiswa, mahasiswi dan warga umum sendiri. Dan pada tahun 2014 inilah istilah Klitih menjadi sangat populer.
Berkat kerjasama masyarakat dan Aparat Kepolisian, di tahun 2015 fenomena Nglitih di Jogja dapat diredam. Namun di akhir tahun 2016 ini, eskalasi kekerasan kembali meningkat dan harus jadi perhatian pemerintah setempat karena korban terus berjatuhan.
Berdasarkan laporan Tribun, Klitih di Jogja telah menimbulkan banyak korban pembacokan sepanjang tahun 2016 yang diantaranya meninggal dunia.
1. Adnan Hafid Pamungkas Tewas di wilayah Salakan, Trihanggo, Gamping, Sleman
2. Iqbal Dinaka Rofiqy Tewas Dianiaya di Makam Gajah Miliran Umbulharjo, Jogja, akhir Agustus lalu.
3. Enam Pelajar SMK N 1 Sleman Diserang Pelajar lain pada bulan September di Jalan Pakem-Cangkringan.
4. Bulan Mei, Krisnawan jadi korban pembacokan 2 pelajar sekolah lain di daerah Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
5. Rombongan kelulusan sekolah SMK melakukan aksi pembacokan terhadap seorang warga Bantul bernama ARIYANTO di Jalan Sorobayan, Glagahan, Pandak.
6. Awal tahun 2016, seorang Mahasiswa swasta mengalami pembacokan di jalan Kabupaten, Mayangan, Trihanggo, Gamping, Sleman.
Bersambung ke artikel sesi dua
" Modus Baru Klitih Jogja "
Beranda
›
Klitih Jogja
›
Kota Jogja
›
Nglitih Jogja
›
Pembacokan di Jogja
›
Sejarah Jogja
›
Sejarah Klitih Jogja alias Nglitih
Sejarah Klitih Jogja alias Nglitih
Baca Juga :
- - - - - - - - - -
Dukung Jogja Uncover
agar terus berkembang dengan donasi
GOPAY | DANA | LinkAja | OVO
lewat link
SAWERIA