Foto Elshinta |
Tentang sepenggal kesaksian yang tak terungkap Media saat itu dalam insiden Mei 98 di jalan Gejayan Yogyakarta. Kisah yang akan terus @Jogja_Uncover ingatkan agar jadi pelajaran moril bagi adik, anak dan cucu kita.
Mari kita mulai...
Demontrasi besar-besaran mahasiswa Jogja di berbagai titik kampus dimulai sejak pagi, 18 tahun silam, Jumat 8 Mei 98. Sore hari di jalan Gejayan dekat Jogja Plaza Hotel, demo ribuan mahasiswa Jogja yang menuntut reformasi dan turunnya Soeharto ini akhirnya berujung pada bentrok berdarah selama ± 10 jam antara aparat dan mahasiswa.
± pukul 17.00 WIB Aparat membubarkan paksa ribuan mahasiswa di Gejayan dengan panser dan gas air mata namun massa tetap melawan.
Jelang Magrib para aktivis diburu hingga ke dalam kampus, dipaksa terisolir atau diseret kejalanan. Fasilitas Kampus banyak yang Rusak. Mahasiswa dikejar hingga masuk kampung, yang menyebabkan banyak Mahasiswi bersimpatik untuk menyembunyikan para Mahasiswa di dalam kamar kost.
± pk 20.00 di depan Asrama Putri Susteran Realino para mahasiswi membuat pagar hidup untuk menghadang Aparat yang mengejar mahasiswa. Pagar cantik ini ternyata mampu meredam aksi aparat yang terus mencari para demonstran hingga ke dalam kampung.
Malam itu sejumlah Asrama dan kost putri mendadak ramai oleh para mahasiswa yang mendapat pertolongan untuk diobati karena terluka ataupun sengaja disembunyikan. Namun... Jam 21.50 WIB Seorang Mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang bernama Moses Gatotkaca ditemukan tergeletak tewas bersimbah darah akibat hantaman benda tumpul.
Hingga pukul 23.00 letusan senjata api terus terdengar. Sementara sejumlah aktivis pria masih bersembunyi di dalam lemari dan kolong ranjang kamar kost Putri dan juga Asrama putri.
Pukul 00.15 WIB kendaraan panser menyerbu massa gabungan yang marah di Gejayan dengan menembakkan gas air mata, panser coba dibakar massa tapi gagal.
± Jam 02.00 dini hari Jogja mulai senyap tak terdengar apapun Kecuali suara langkah sepatu aparat. Suasana mencekam dan tiba-tiba terdengar suara tembakan... Terdengar 3-4 kali suara letusan senjata aparat ditengah kesunyian. Suara berasal dari arah lembah UGM.
Pasca suara letusan suasana kembali hening mencekam. Tak ada yang tau apa yang telah terjadi di lembah UGM dan hingga kini masih jadi misteri.
9 Mei 98 Matahari terbit disambut kondisi yang mulai terkendali. Para demonstran yang 'diselamatkan' mengomando para mahasiswa lain untuk membalas!! Bukan membalas untuk menyerang Aparat tapi buat balas jasa, membantu mengambilkan motor para mahasiswi yang tertinggal di parkiran kampus.
Puluhan mahasiswa ini bergerak bergelombang, menyebar berita dari kost ke kost untuk membantu para mahasiswi. Tercatat puluhan motor yang tertinggal di masing-masing Kampus, diantaranya UGM, Sadar, UNY, Atma Jaya, UIN dan juga dijalanan.
Kunci motor berpindah tangan, kemungkinan motor dibawa lari oleh oknum mahasiswa sangatlah memungkinkan, ditambah situasi yang cukup mendukung. Uniknya saat itu tak ada satupun laporan motor yang hilang :) aksi solidaritas yg sangat tinggi. Mahasiswa Jogja Luar Biasa!.
Peristiwa demontrasi besar-besaran pada 8 Mei 98 ini kemudian dikenal dengan nama “ Gejayan Kelabu ”. Untuk mengenang peristiwa meninggalnya Moses Gatotkaca, namanya diabadikan untuk sebuah Jalan di Gejayan.
Peristiwa " Gejayan Kelabu ” bukan sekedar kisah kekejaman aparat, tapi ini tentang aksi solidaritas dan heroik antar mahasiswa dan mahasiswi, aksi semacam ini sekarang sudah mulai langka dan luntur di kota Jogja kita...
#GejayanKelabu Mei 98. Sekian