Tebing Breksi, Lava Bantal Berbah dan Kisah Terciptanya pulau Jawa
Formasi Semilir
Sebuah gunung api raksasa diduga telah terbentuk dan meletus dengan dahsyat menghasilkan Formasi Semilir. Singkapan terbaik terdapat di Desa Semilir, di Kecamatan Pathuk, Gunung kidul, sehingga formasi batuan ini disebut Semilir. Formasi ini, secara stratigrafi (urutan perlapisan), berada di atas Lava Bantal Berbah.
Mengacu pada Peta Geologi Lembar Yogyakarta (Rahardjo drr., 1977) dan Surakarta-Giritontro (Surono drr., 1992), sisa batuan hasil letusan gunung api super eksplosif ini banyak dijumpai mulai dari perbukitan di daerah Parangtritis, Wonogiri, Piyungan, Pleret, kabupaten Bantul, Prambanan, Kabupaten Sleman di sebelah barat, sampai Kecamatan Eromoko, Wuryantoro dan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah di bagian timur.
Dengan bukti endapan antara 300-600m, mengindikasikan bahwa Formasi Semilir ini adalah suatu peristiwa rangkaian letusan katastropik gunung api raksasa Semilir sekitar 20-30 juta tahun lalu yang diindikasikan kekuatannya hampir setara dengan Supervolcano Toba di Sumatera 74.000 tahun lalu (Smyth et al. 2005), serta Supervolcano Yellowstone di Wyoming, Amerika Serikat (2,1 juta tahun lalu).
Kemampuan erupsi Gunung Api Purba Semilir waktu itu diprediksikan tidak kurang dari 10 kali dari erupsi Gunung Tambora (1815), 100 kali dari erupsi Gunung Krakatau (1883) serta 1000 kali erupsi Gunung St. Helena di Washington, Amerika Serikat (1980).
Lingkungan pengendapan Formasi Semilir menunjukkan pendangkalan ke arah atas, yang semula laut dangkal berubah menjadi daratan. Fasies breksi batuapung dan breksi batuapung andesitan diendapkan dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan kegunungapian meningkat pesat pada saat pengendapan bagian atas formasi. Erupsi besar yang membentuk Formasi Semilir diduga berpusat di Cekungan Baturetno.
Hasil analisis geomorfologi dan litologi lainnya berupa penyusun Formasi Semilir di daerah Waduk Parangjoho dan Songputri, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, menunjukkan bahwa kedua cekungan waduk tersebut merupakan alternatif sumber erupsi gunung api penyusun Formasi Semilir di daerah Eromoko.
Endapan abu vulkanis letusan maha dahsyat Semilir di daerah Sambirejo Prambanan oleh masyarakat sekitar dijadikan sebagai lokasi penambangan batu breksi, yang lokasinya tak jauh dari kompleks Candi Ijo.
Nglanggeran
Di wilayah Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung kidul, Yogyakarta, terdapat bentang alam yang sangat indah. Kawasan ini sekarang lebih dikenal sebagai salah satu objek pariwisata bernama gunung api purba Nglanggeran.
Formasi Nglanggran yang lebih muda, berada di atas Formasi Semilir, ini menunjukkan bahwa setelah terbentuk hamparan luas hasil letusan katastrofis Gunung api Semilir, kemudian disusul dengan tumbuhnya gunungapi strato baru, yakni Gunung api Nglanggran. Sangat mirip dengan yang terjadi pasca terbentuknya kaldera gunung api Krakatau pasca melutus dahsyat yang kemudian melahirkan anak Krakatau.
Dalam penelitian yang lebih baru, Bronto (2009, 2010 & 2013) melaporkan bahwa sebagian besar Gunung Nglanggeran tersusun oleh aglomerat, bukan breksi gunung api. Aglomerat adalah batuan piroklastika yang banyak mengandung bom gunung api.
Pada saat terjadi letusan bom gunung api itu dilontarkan dari dalam kawah dan kemudian jatuh bebas tegak lurus ke bawah dan diendapkan sangat dekat dengan kawah gunung api purba setempat. Sekalipun letak kawah purba ini masih menjadi bahan penelitian para ahli, tapi Gunung Nglanggeran yang sekarang dipandang sebagai bagian dari Gunung api purba Nglanggeran.
Formasi Wuni
Di Gunung api purba Wediombo atau Gunung Api Purba Batur terdapat batuan bekas letusan besar gunung api 20 juta tahun silam yang dimasukkan ke dalam Formasi Wuni. Batuan gunung api Wediombo terdiri atas batuan aliran lava dan breksi gunung api yang berasosiasi dengan batuan terobosan Gunung Batur dan seluruhnya berkomposisi andesit.
Zaman Meiosen 23-5 Juta tahun lalu
Lempeng Samudera Indo-Australia terus mendesak Lempeng Eurasia, karena massa jenisnya lebih ringan lempeng bumi ini menjadi terangkat, dataran Pulau Jawa yang menopang diatasnya perlahan naik.
Beberapa daerah yang dahulunya berbentuk lingkungan laut dangkal, sedikit demi sedikit mulai beralih jadi daratan, batu gamping formasi Wonosari termasuk di Ambarketawang Sleman muncul ke permukaan paras laut, bahkan juga beberapa diantaranya beralih jadi perbukitan.
Kisaran 18 sampai 2 Juta Tahun Silam
Saat zaman Miosen Tengah sampai Pliosen Akhir, aktivitas magmatisme di jajaran gunung api purba pun mulai mereda akibat terjadi pelandaian kemiringan penunjaman lempeng samudera Indo-Australia (zone Wadati-Benioff) sehingga proses pelelehan yang menghasilkan suplai magma ikut bergerak ke arah utara meninggalkan jalur vulkanik Nglanggran serta pusat-pusat gunung api di sekitarnya.
Perpindahan jalur vulkanik di kerak bumi yang berpindah sekitar 50-100 km ke arah utara dan terus berlangsung hingga detik ini telah menonaktifkan semua gunung api di jalur pegunungan selatan Jawa, Gunung api Nglanggeran dan Wediombo atau Batur akhirnya menjadi mati tak bersisa lagi.
Nonaktifnya jajaran gunung api di Gunung kidul ini membawa berkah keindahan alam yang unik tiada tara. Sebuah artikel yang ditulis Darmaningtyas (2002), mengutip tulisan seorang ahli biologi yang meneliti wilayah ini pada 1830, menyebutkan, jutaan tahun lalu kawasan Gunung Sewu seperti Taman Firdaus.
Ditulis bahwa pada masa ratusan tahun hingga jutaan tahun silam, kawasan Gunung Sewu yang juga meliputi area Pacitan pun Gunung Kidul ini, bagaikan Taman Firdaus dengan pemandangan alam beserta para penghuninya yang sungguh menakjubkan. Vegetasinya serba hijau nan lebat, ribuan bukit karst yang muncul dari dalam laut membentang di kawasan selatan. Keindahan alamnya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Hutannya berisi segala macam pepohonan dan di mana-mana dijumpai akasia berlatar belakang langit biru indah.
1 Juta Tahun Lalu Hingga Kini
Proses pelelehan magma yang bergeser ke Utara akhirnya melahirkan jejeran gunung api baru di poros tengah pulau Jawa, salah satunya yang dikenal bernama Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun, kemudian gunung ini menjadi cikal bakal lahirnya sang fenomenal gunung Merapi. Bersambung...
Kisaran 18 sampai 2 Juta Tahun Silam
Saat zaman Miosen Tengah sampai Pliosen Akhir, aktivitas magmatisme di jajaran gunung api purba pun mulai mereda akibat terjadi pelandaian kemiringan penunjaman lempeng samudera Indo-Australia (zone Wadati-Benioff) sehingga proses pelelehan yang menghasilkan suplai magma ikut bergerak ke arah utara meninggalkan jalur vulkanik Nglanggran serta pusat-pusat gunung api di sekitarnya.
Perpindahan jalur vulkanik di kerak bumi yang berpindah sekitar 50-100 km ke arah utara dan terus berlangsung hingga detik ini telah menonaktifkan semua gunung api di jalur pegunungan selatan Jawa, Gunung api Nglanggeran dan Wediombo atau Batur akhirnya menjadi mati tak bersisa lagi.
Nonaktifnya jajaran gunung api di Gunung kidul ini membawa berkah keindahan alam yang unik tiada tara. Sebuah artikel yang ditulis Darmaningtyas (2002), mengutip tulisan seorang ahli biologi yang meneliti wilayah ini pada 1830, menyebutkan, jutaan tahun lalu kawasan Gunung Sewu seperti Taman Firdaus.
Ditulis bahwa pada masa ratusan tahun hingga jutaan tahun silam, kawasan Gunung Sewu yang juga meliputi area Pacitan pun Gunung Kidul ini, bagaikan Taman Firdaus dengan pemandangan alam beserta para penghuninya yang sungguh menakjubkan. Vegetasinya serba hijau nan lebat, ribuan bukit karst yang muncul dari dalam laut membentang di kawasan selatan. Keindahan alamnya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Hutannya berisi segala macam pepohonan dan di mana-mana dijumpai akasia berlatar belakang langit biru indah.
1 Juta Tahun Lalu Hingga Kini
Proses pelelehan magma yang bergeser ke Utara akhirnya melahirkan jejeran gunung api baru di poros tengah pulau Jawa, salah satunya yang dikenal bernama Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun, kemudian gunung ini menjadi cikal bakal lahirnya sang fenomenal gunung Merapi. Bersambung...