Popularitas objek wisata hutan mangrove Jogja di pesisir pantai selatan menjadi buah bibir sejak foto-fotonya tersebar di media sosial seperti Facebook, Twitter, Path hingga Instagram. Entah siapa yang memulai, foto-foto tersebut kemudian seakan menjadi magnet yang mengundang wisatawan lokal untuk berkunjung.
Lokasi Hutan Mangrove Jogja
Ada 2 lokasi pengembangan hutan mangrove di Jogja, pertama adalah di kawasan pantai muara sungai Opak Bantul dan yang kedua adalah hutan mangrove di dekat pantai Congot Kulonprogo.
Hutan mangrove pantai Congot atau Pasir Mendit atau Wana Tirta
Lokasi hutan mangrove Jogja ini cukup dekat dengan Pantai Congot, berada di Pasir Mendit, Jangkaran, Temon, Kulon Progo. Tepatnya di sebelah ujung paling barat sungai Bogowonto dekat perbatasan antara Jogja dan Jawa Tengah yang secara administratif masih masuk ke wilayah Yogyakarta.
Hutan Mangrove disini sudah dikembangkan secara bertahap sejak tahun 1989 sebagai konservasi dan pencegahan abrasi juga konon sebagai benteng alam dari terjangan Tsunami. Keberadaan Jembatan Api-Api yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas pergi ke pantai ternyata menarik perhatian para pemburu selfie untuk berpose diatasnya, sehingga menjadi awal muasal wilayah ini populer sebagai obyek wisata hutan mangrove.
Tidak hanya satu spot wisata yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat, selain jembatan yang menjadi ikon utama, jembatan melingkar berbentuk hati atau bingkai asmara adalah spot favorit pengunjung untuk foto selfie, termasuk spot foto yang dilengkapi gitar raksasa yang berlatar hutan mangrove.
Hutan Mangrove Baros Bantul
Terletak diantara Pantai Depok dan Samas sebelah barat muara Sungai Opak. Lokasi tepatnya di dusun Baros, Tirtohargo, Kretek, pesisir pantai selatan Yogyakarta. Eko-Eduwisata Hutan Mangrove Jogja ini secara administratif masuk wilayah Bantul.
Hutan mangrove Jogja yang kedua ini merupakan kawasan yang dibangun oleh Kelompok Pemuda pemudi Baros (KP2B) serta dukungan dari LSM Relung Yogyakarta pada tahun 2003. Hutan mangrove tersebut dibuat sebagai upaya agar dapat menciptakan konservasi alamiah daerah pesisir pantai Baros yang setiap saat terancam abrasi pantai dan juga banjir di daerah sekitar muara sungai opak.
Sejak dimulai pada tahun 2003 hingga hari ini, Hutan Mangrove Baros sudah mencapai 4 hektar. Tinggi akarnya bisa mencapai 1 meter. Dilengkapi menara pandang guna mendukung pengembangan objek wisata pesisir pantai tersebut.
Ancaman Gempa Bumi Pemicu Tsunami di Pantai Jawa
Seperti yang kita ketahui, Gempa Bumi pemicu Tsunami dalam kurun waktu 20 tahun terakhir sudah 2x menghantam pesisir pantai Jawa Barat dan Jawa Timur, yaitu pada tahun 1994 gempa bumi Banyuwangi dan 2006 gempa bumi Pangandaran. Tsunami Pangandaran menciptakan gelombang "kecil' yang run-up kurang lebih 1 meter dari paras permukaan laut di pesisir pantai Selatan Jogja menyebabkan air laut masuk ke daratan hingga 300 meter di pantai Parangtritis.
Sementara itu Tsunami dengan episentrum gempa bumi di sekitar wilayah Jogja tercatat pernah terjadi 176 tahun silam yaitu pada 4 Januari 1840 di Kulonprogo atau Purworejo (Newcomb dan McCann - 1987). Peristiwa ini menjadi gempa bumi pertama yang tercatat dalam sejarah modern gempa Jogja . Maklum, sebelum kedatangan Belanda ke Indonesia di abad ke-17, pencatatan kejadian alam di Indonesia belum dilakukan secara sistematis.
Masih tetangganya Jogja, pada 20 Oktober 1859 (Soloviev dan Go, 1974) di Pacitan juga pernah terjadi gempa bumi kuat 7.5 SR yang diikuti tsunami. Kemudian disusul 11 September 1921 yang pernah dilaporkan Visher (1922) seorang peneliti dari Belanda pada tahun 1920an. Menurut Soloviev dan Go (1984), gempa bumi di outer rise subduksi Jawa 1921 itu memicu terjadinya tsunami kecil yang teramati di pantai Parangtritis hingga Cilacap.
Melihat dari sejarah tersebut maka Jogja khususnya Bantul dan Kulonprogo tentu sudah sejak dini mempersiapkan usaha mitigasi, salah satunya memanfaatkan benteng alam berupa hutan Mangrove seperti yang sudah dipaparkan diatas. Lalu sejauh apa efektifitas hutan Mangrove Jogja ini mampu membendung terjangan Tsunami ?!
Fungsi utama hutan Mangrove adalah sebagai penyeimbang ekosistem, konservasi atau perlindungan untuk daerah pertanian dan pantai dari abrasi atau badai, tempat ideal pembiakan ikan, jadi habitat berbagai jenis fauna, sekaligus objek wisata dan diyakini sebagai benteng alamiah upaya strategi mitigasi bencana tsunami.
Jika benar mampu menahan gelombang Tsunami, lalu mengapa hutan Mangrove tak bisa tumbuh di bibir pantai ?! khususnya di bibir pantai yang berhadapan langsung dengan samudera dimana terdapat ancaman tsunami seperti pantai barat Sumatra atau pantai selatan Jawa.
Misalnya hutan mangrove Jogja di Pasir Mendit, Kulonprogo dan di Baros, Bantul, hutan ini tumbuh di sepanjang aliran sungai ataupun rawa-rawa berair payau yang terletak pada wilayah berair tenang didekat garis pantai bukan tepat dibibir pantai.
Karena pada dasarnya bibit tumbuhan mangrove sulit berkembang di garis pantai yang berhadapan langsung dengan samudera lepas dengan gelombang besar. Hutan Mangrove akan dapat berkembang baik di wilayah sedimentasi lumpur dengan kemiringan lahan yang landai dan ombak laut tenang ( biasanya di muara sungai atau teluk ).
Bersambung ke halaman berikut
Ancaman Tsunami Jawa dan Benteng Hutan Mangrove Jogja Sesi 2
Beranda
›
Gempa Bumi
›
Hutan Mangrove Jogja
›
Mitigasi
›
Pantai Jogja
›
Tsunami Jogja
›
Wisata Jogja
›
Wisata Hutan Mangrove Jogja dan Tsunami Pantai Jawa Sesi 1
Wisata Hutan Mangrove Jogja dan Tsunami Pantai Jawa Sesi 1
Baca Juga :
- - - - - - - - - -
Dukung Jogja Uncover
agar terus berkembang dengan donasi
GOPAY | DANA | LinkAja | OVO
lewat link
SAWERIA