Foto Comet Halley Wikipedia |
Pada bulan Desember 1577 - Januari 1578 dilaporkan dalam "Cometographia, a book on the Great Comet of 1577" (Laurence Johnson), terangnya menyamai Bulan, dengan ekor putih yang membentang lebih dari 60 derajat. Terlihat dengan mata telanjang di seluruh Eropa, namun sayang tak ada catatan yang melaporkan penampakan di pulau Jawa.
Antara tahun 1578-1579 era kerajaan Padjajaran berakhir ditandai dengan diboyongnya tempat duduk penobatan raja Pakuan ke Surasowan. Kemudian tahun 1582 meletus perang antar kerajaan Pajang dan Mataram Islam di bantaran kali opak dekat Candi Prambanan disebabkan Sutawijaya membela adik iparnya Tumenggung Mayang.
Perang yang dimenangkan Mataram Islam ini juga terjadi saat Merapi tengah erupsi sebagaimana dituturkan Sultan Hadiwijaya, “ Wruhanana, prahara njebluge Redi Merapi, lindhu, lan udan awu kuwi pratandha yen Pajang ora pareng mangsah jurit Mataram".
Meletusnya Gunung Merapi ini dikuatkan Newhall (1998) yang menyebutkan aktifitas Merapi akhir abad ke 16 terjadi dengan skala VEI 4. Letusan Merapi ini diduga kuat mengakibatkan Candi prambanan akhirnya terkubur setelah lama ditinggalkan Mataram Hindu ke Jawa Timur. Kisah selengkapnya simak disini Misteri Bendungan Candi Prambanan
Komet "the Angry Star"
Lintang Kemukus ini dikenal sebagai "the Angry Star" berwarna kemerahan terlihat oleh mata telanjang di belahan Bumi selatan pada September 1618 hingga Januari 1619, komet dengan ekor sangat panjang bahkan bisa disaksikan pada siang hari (Utopia & Revolution, Melvin Jonah Lasky). Salah satu ilmuan terkenal yang turut menyaksikan kemunculannya adalah Galileo.
Di tahun yang sama sebuah peristiwa besar terekam dalam Petikan tembang Dhandhanggula dari Babad ing Sang Kala.
"Nir buta iku bumi kala wong Pajang kendhih lungo tilar nagara Adipatinipun angungsi ing Giri Liman, ing Mataram angalih mring Karta singgih nir tasik buta tunggal".
Ketika lenyap "berubah menjadi laut buminya", orang-orang Pajang dikalahkan, mereka meninggalkan tanahnya. Adipati mereka mengungsi ke Giri Liman. Di Mataram, mereka berpindah ke Karta, memang, Ketika menghilang "semua kembali ke laut".(Maret 1618 - Februari 1619).
Kalimat ''Nir buta iku bumi'', ''Nir tasik buta tunggal'', dicurigai sebagai peristiwa gelombang dahsyat Tsunami yang menyapu pesisir pantai selatan Jawa sekitar tahun 1618 - 1619 Masehi. Dimitologikan akibat kemarahan pasukan Ratu Kidul yang naik kedaratan membantu pasukan Mataram untuk mengusir pemberontak Pajang.
Peristiwa ini terjadi di era Sultan Agung raja Kesultanan Mataram Islam yang memerintah pada tahun 1613 - 1645. Adipati Pajang dan panglimanya bernama Ki Tambakbaya melarikan diri ke Surabaya, 5 tahun kemudian Kerajaan Mataram Islam berpindah dari Kota Gede ke desa Kerta tahun 1622. Selengkapnya baca disini Tsunami Jawa
Komet Kirch C / 1680 V1
Tahun 1680 komet terbesar abad 17 muncul pada bulan Desember hingga Januari 1681. Ditemukan oleh Gottfried Kirch dan tercatat sebagai komet dengan ekor yang membentang spektakuler berukuran 70-90 derajat dan terlihat juga di siang hari (American Journal of Numismatik Volume XXV. No 2 Oktober 1890).
Tak jelas apakah komet ini terlihat di pulau Jawa, namun pada tahun 1681 terjadi perang saudara antara Amangkurat II melawan Sultan Inanga atau Pangeran Puger. Perang ini berakhir dengan kekalahan Pangeran Puger sekaligus diturunkannya Ia dari tahta di Plered.
Komet C/1743 X1
Lintang kemukus terbesar di abad 18, mencapai puncak terangnya pada 1-6 Maret 1744. Terlihat oleh mata telanjang di belahan Bumi selatan saat fajar. Ekornya bersinar sangat terang dengan kecerahan -0.5 hingga -7 menjadikannya komet yang terterang keenam dalam sejarah.
1746 atau 2 tahun pasca kemunculan lintang kemukus, meletus perang Tahta Jawa ketiga yang berlangsung hingga tahun 1757. Perang yang berlangsung 11 tahun ini kemudian menyebabkan kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua lewat perjanjian Giyanti, yang secara de facto dan de jure menandai berakhirnya Kerajaan Mataram dan melahirkan Kasultanan Yogyakarta dan Surakarta. Baca juga Berdirinya Kota Yogyakarta
Komet C / 1811 F1
September hingga Oktober 1811 Lintang Kemukus terlihat subuh hari oleh mata telanjang di langit Utara Indonesia, dengan ekor membentang 25 derajat. Satu tahun kemudian, tepatnya pada hari Jumat-Sabtu, 19 dan 20 Juni 1812, terjadi Peristiwa Geger Spehi.
Geger Spehi adalah kisah pertempuran selama 2 hari antara Kerajaan Inggris dan Keraton Yogyakarta. Gubernur Raffles bersama pasukan gabungan menyerang keraton dari segala arah, tembok benteng runtuh oleh meriam tempur. Termasuk pintu gerbang barat, Plengkung Jagabaya di dekat Taman Sari. Keraton Jogja diobrak-abrik dan lebih dari 7000 naskah kuno Kerajaan Mataram Hindu dan Mataram Islam Yogyakarta dirampas dan dibawa ke London.
Tahun 1813 wilayah bekas Mataram kembali terpecah. Ditandai dengan berdirinya Pakualaman, negara dependen yang berbentuk kerajaan pada tanggal 17 Maret. Negeri Pakualaman atau Praja Pakualaman didirikan tahun 1813, ketika Pangeran Notokusumo, putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan Selir Srenggorowati dinobatkan oleh Gubernur-Jenderal Sir Thomas Raffles (Gubernur Jendral Britania Raya yang memerintah saat itu) sebagai Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I. Status kerajaan ini mirip dengan status Praja Mangkunagaran di Surakarta.
Komet 1P / Halley
Terlihat jelas dengan mata pada November 1835. Namun tak ada kejadian yang tercatat dalam sejarah Jawa pada tahun 1835 maupun 1836. Hanya ada peristiwa 5 tahun kemudian yaitu Gempa bumi dan Tsunami 4 Januari 1840 di Jawa Tengah dan Yogyakarta (koordinat NGDC -8, 110.5).
Komet C/1843 D1
Maret 1843 terlihat lintang kemukus di belahan Bumi selatan dengan ekor sangat panjang dan terang bahkan dapat disaksikan di siang bolong. Cometography melaporkan, kemunculannya menyebabkan keresahan penduduk di beberapa negara di Asia, Australia dan Afrika.
Ditahun yang sama pada 1843, terjadi bencana kelaparan di beberapa wilayah seperti Demak, Grobogan, Cirebon dan beberapa tempat lain di Jawa Barat dan Jawa Tengah akibat dampak system tanam paksa penjajah Belanda. Bencana kelaparan antara tahun 1843-1850 mengakibatkan turunnya jumlah penduduk dengan cepat, di suatu kabupaten dari 336.000 penduduk menjadi 120.000; di kabupaten lain ada pula yang jumlah penduduknya berkurang sekitar 80.500 jiwa. Pada 1848 tragedi kelaparan ini menyebabkan 250 ribu jiwa meninggal di Jawa Tengah.
Komet Donati C / 1858 L1
Lintang Kemukus paling cemerlang abad 19. Terlihat pada bulan September dan mencapai puncak terangnya pada awal Oktober 1858.
20 Oktober 1859 pukul 17.34, terjadi gempa bumi berkekuatan 7 SR di Laut Selatan Pacitan. Episentrum gempa dicatat NGDC dengan koordinat -9.0, 111.0 yang menyebabkan Tsunami di Pacitan dan Yogyakarta.
Komet Tebbutt C/1861 J1 & 1861 II
Adalah komet periode panjang yang terlihat dengan mata telanjang selama kurang lebih 3 bulan. Ditemukan oleh John Tebbutt di langit Australia, pada 13 Mei 1861. Dikategorikan sebagai salah satu dari delapan komet terbesar abad ke-19 menurut Donald Yeomans. Terlihat dengan mata telanjang di belahan Bumi Selatan hingga 12 Juni 1861 dengan tingkat kecerahan -2 dan panjang ekor lebih dari 90 derajat.
Peristiwa besar terdekat tidak tercatat, hanya ada kejadian 6 tahun kemudian yaitu gempa besar 7 SR 8-9 MMI di Yogyakarta, 10 Juni 1867 pukul 05.00 WIB. Koordinat BMKG -8.7, 110.8 Laut Wonosari Gunung Kidul, Episentrum NGDC -7.8, 110.4 darat Sumberharjo Prambanan. Gedung Agung, Tamansari dan banyak bangunan penting roboh oleh gempa ini, termasuk Tugu Golong Gilig Jogja. Dan di perkirakan memakan korban lebih dari 500 jiwa. Baca juga Misteri Sejarah Terban
Komet Coggia C/1874 H1
13 Juli 1874 kecerahannya mencapai 0-1, terlihat dengan mata telanjang sejak 27 Juli di belahan Bumi selatan termasuk Indonesia. Besarnya mencapai setengah diameter Bulan dengan panjang ekor ± 60-70 derajat. Namun tidak ada catatan peristiwa besar di pulau Jawa pasca kemunculannya.
Super Comet C/1882
Komet terbesar abad 19 ini muncul tiba-tiba dengan magnitudo sangat terang, di langit belahan Bumi Selatan pada dini hari September 1882. Mencapai puncak magnitudo -16 tanggal 17 Desember dan dijuluki "Super Comet" dengan ekor panjang yang terlihat pada siang hari.
Setahun pasca penampakan "Super Comet", gunung Krakatau meletus 26 Agustus 1883 hingga Februari 1884 dengan skala dahsyat 6 VEI. Letusan terdengar hingga 3000 mil, menciptakan produk Tsunami dan membuat 36.417 ribu orang meninggal dunia, suhu global Bumi turun rata-rata 1.2 derajat celcius. Tahun 1885 gunung Lawu turut meletus tanggal 28 November, dipublikasikan oleh Smithsonian Institution.
Komet Viscara C/1901 G1
Terlihat dengan mata hampir secara ekslusif di belahan Bumi selatan, sejak pagi hari 12 April 1901. Kecerahan komet mencapai maksimum pada 5 Mei dengan panjang ekor 45 derajat magnitudo 1 hingga -1.5.
Peristiwa bencana terdekat yaitu Gunung Kelud yang meletus besar malam hari 22-23 Mei 1901 sehari setelah menghilangnya Komet Viscara. Letusan dilaporkan terdengar hingga Pekalongan dan hujan abu mencapai Bogor.
2 minggu pasca letusan Kelud, tanggal 6 Juni 1901 Proklamator Bangsa atau mantan presiden RI Soekarno dilahirkan di Surabaya. Kemudian 12 Agustus 1902 Mohammad Hatta dilahirkan, selanjutnya Jakarta diguncang gempa besar pada 27 Februari 1903.
Komet Daylight C/1910 A1
Lintang Kemukus terang di abad 20. Awalnya hanya disaksikan di belahan Bumi Selatan sebelum fajar pada 12 Januari 1910 dengan magnitudo -1. Mencapai puncak kecermelangan 17 Januari dan terlihat siang hari lewat mata telanjang.
Peristiwa terdekat 1910, berupa awal munculnya gerakan Komunis pertama di Indonesia. 12 April 1912 Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Hamengkubuwono IX dilahirkan.
Komet Skjellerup–Maristany C/1927 X1
Komet besar yang dapat diamati dengan mata telanjang selama ± 32 hari. Terlihat sangat terang di siang hari pada puncaknya 15-16 Desember 1927. Hanya ada peristiwa terdekat 3 tahun kemudian, yaitu letusan gunung Merapi 1930 yang menghancurkan 13 desa, memakan korban 1400 jiwa. Merupakan letusan dengan catatan jumlah korban terbesar hingga sekarang.
Komet Ikeya-Seki 1965
Inilah Penampakan Lintang Kemukus paling spektakuler di Nusantara, terbesar di abad 20 dan terbesar dalam 1000 tahun terakhir. Muncul di langit Indonesia pada Oktober 1965 pasca usaha kudeta Gerakan 30 September, mencapai puncak kecemerlangan 21 Oktober dan terlihat di siang hari hingga 23 Oktober dengan magnitudo -10 atau hampir setara Bulan Purnama dengan ekor membelah angkasa.
Penampakan Komet Ikeya-Seki seakan mengiringi kisah pilu tragedi pembantaian simpatisan di seluruh wilayah Indonesia, yang dituduh terlibat dan mendukung Gerakan 30 September 1965. Surat Perintah 11 Maret 1966 kemudian dikeluarkan menandai lahirnya Orde Baru, disusul letusan besar gunung Kelud 26 April 1966 pukul 20.15 WIB yang menewaskan 210 orang.
19 Februari 1967 gempa bumi besar terjadi di Malang dengan skala intensitas VII-IX MMI, ± 2000 rumah rusak berat dan menewaskan 23 orang. 12 Maret 1967 masa jabatan presiden Soekarno berakhir dan Soeharto diangkat menjadi Presiden RI.
Komet West C/1975 V1
Dianggap memenuhi syarat untuk disebut komet besar. Mencapai puncak pada 25-27 Februari 1976 dengan panjang ekor 6.4 derajat dan kecerahan -3 yang dapat terlihat di siang hari. Tak ada peristiwa besar tercatat, hanya ada lerusan gunung Galunggung 6 tahun kemudian tepatnya 5 Mei 1982. Letusan dengan skala 4 VEI disertai dentuman, lava pijar dan kilatan halilintar yang menyebabkan 18 orang meninggal dunia.
Komet Halley 1P/Halley
Inilah Lintang Kemukus yang pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri diwaktu kecil bulan Februari 1986 di pulau Kalimantan.
Komet Halley merupakan komet paling terkenal di antara komet-komet periodik lainnya. Terlihat dari bumi setiap 75-76 tahun dan dijadwalkan akan kembali pada tahun 2061.
Sisa-sisa bekas lintasannya akan terlihat setiap tahun dalam bentuk Hujan Meteor Leonid. Hujan meteor Leonid muncul secara rutin pada pertengahan bulan Oktober. Komet Halley juga menghasilkan hujan meteor Eta Aquarids yang nampak pada pertengahan bulan mei.
Peristiwa terdekat, 19 Oktober 1987 terjadi tragedi Bintaro saat 2 KRL bertabrakan dan menewaskan 129 orang beserta ratusan korban luka-luka. 2 Oktober 1988 Hamengkubuwono IX raja kasultanan Yogyakarta sekaligus wakil presiden RI ke 2 wafat di Washington DC.
Komet Hyakutake 1996
Maret - April 1996 komet Hyakutake muncul sangat terang di langit malam dan secara luas terlihat hampir di seluruh dunia. Mencapai puncak paling terang pada 24-25 Maret dengan ekor yang membentang 35 derajat, kemudian mencapai titik perihelion 1 Mei 1996 dengan ekor 80 derajat.
28 April 1996 Raden Ayu Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto) meninggal di Jakarta.
Komet Hale-Bopp
Inilah komet yang disebut-sebut atau dikaitkan oleh sebagian masyarakat sebagai pertanda awal huru-hara 98 saat kemunculannya pada bulan April 97 dengan panjang 25 derajat. Komet Hale-Bopp adalah salah satu Lintang Kemukus yang paling terang di abad 20, mencapai puncak magnitudo pada 23 Maret dan melewati perihelion tanggal 1 April. Terlihat cukup terang di belahan Bumi selatan saat magrib di ufuk Barat.
4 bulan pasca Hale-Bopp melewati perihelion krisis ekonomi mulai menerpa Indonesia. Krisis ini diperparah oleh terjadinya musim kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir di dalam negeri. Tahun 1998 kerusuhan besar terjadi di Medan, Jakarta, Solo dan dengen cepat menyebar ke seluruh Indonesia. 8 Mei 1998 terjadi peristiwa "Gejayan Kelabu" yang merenggut nyawa mahasiswa Jogja Moses Gatotkoco. 21 Mei pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto berakhir.
* Bencana Tsunami di Aceh 2004, Tsunami Pangandaran hingga Gempa Jogja 2006, apakah terkait kemunculan Lintang Kemukus? Tidak ada catatan kemunculannya.
komet McNaught
Terlihat pada 12-21 Januari 2007, tepat saat matahari telah terbenam di ufuk Barat dengan tingkat kecerahan magnitudo ± -2 hingga -4. Sayangnya walau bisa disaksikan dengan mata telanjang, tak semua orang menyadari kemunculan lintang kemukus ini, karena posisinya dekat matahari dengan ketinggian 3-4 derajat diatas horizon saat matahari terbenam.
7 Maret 2007 pukul 06.55 WIB, Garuda Indonesia nomer penerbangan GA-200 terperosok dan terbakar saat mendarat di bandar udara Adi Sucipto yogyakarta. Korban jiwa 22 orang. 9 Agustus 2007 Indramayu dilanda gempa bumi 7.5 SR dan getarannya dirasakan hingga Malaysia.
Bersambung ke artikel penutup Peristiwa di Jawa tanpa Kemunculan Lintang kemukus