Berawal dari obrolan dengan teman lama, mendiskusikan banyak hal terkait bencana alam dan peradaban Mataram hingga Majapahit. Tiba-tiba obrolan terfokus pada pengalaman misteri sahabat saya ini saat menemani suaminya di kota Jogja.
Saya percaya sahabat saya ini tidak mungkin merekayasa cerita karena saya tau betul latar belakangnya. Saya sendiri tak punya kepentingan membuat cerita mistik, karena dunia mistis bukan spesialisasi blog ini. Beliau sendiri adalah alumni salah satu kampus Islam modern di Yogyakarta dan secara pribadi tak dekat dengan hal-hal yang berbau tidak logis.
Beliau juga mantan wartawan di salah satu media nasional milik pak menteri, pernah menjadi Marketing di beverages company dan trainer Public Relation. Kini tengah menjadi pengajar dan berbisnis di rumah. Artinya saya rasa gak mungkin asal bercerita apalagi sambil menghayal. Sebut saja namanya Yeye.
Alun-alun Tahun 1900an |
"Tempo hari waktu ke kota Jogja aku ngalami kejadian mistis, lupa tanggalnya tapi sekitar September - Oktober 2015. Lumayan lama disana nemenin suami dinas di Jalan Kaliurang.
Seumur-umur waktu masih tinggal di sini gak pernah sebelumnya ngalamin kejadian ini, eh pas udah pergi dan main kesini malah ketemu makhluk astral, dan aku baru percaya kalo ada kerajaan demit. Tepatnya di Alun-alun Kidul Keraton Yogyakarta"
"Aku main kesana hari Selasa setelah Magrib sama supirku, suasana masih sepi. Ga tau tiba-tiba dalam hati ngomong pengen ngeliat penghuni lain kalo ada. Dan beneran gak lama muncul penampakan, tadinya kukira asap rokok, kulihat ga ada siapa-siapa, makin lama makin jelas dan banyak muncul makhluk astral lompat-lompatan di depanku"
"Di daerah Bringin kembar, ada yang kayak main ayunan, disana itu seperti rumahnya. Di lapangannya buanyak banget penampakan, aku bacain doa malah tambah buanyak. Sempet pula didatengin mbah-mbah ngajak ngobrol, entah dari mana. Pas ga mempan doa arab, akhire aku doa pake bahasa jawa. Kubilang buyutku dari Jogja, jangan ganggu-ganggu, terus akhire pergi"
"Mahluk astralnya macem-macem dan seram, bodi, kaki dan tangan panjang, ada yang matanya lebar, ada yang kayak kucing, trus ada berwajah monyet tapi bertanduk. Feelingku itu "the king"nya, kayak kebo ada tanduknya. Ada semacam prajurit tapi bentuknya bukan manusia, Itu keknya penjaga keraton Yogyakarta. Jin dedemit sebangsa itu, buanyak itu ki. Ada juga di seberang Alkid, itu apa namanya ya? Siti hinggil? Kurasa pasukan gaib penjaga keraton itu ada di sana juga".
"Supirku juga liat sosok ular, karena mukanya besar jelas banget, aku masih inget. Entah itu jelmaan apa ya?"
Kalimat terakhir diatas kemudian membuat @Jogja_Uncover makin tertarik dengan obrolan ini. Saya teringat tentang mitologi makhluk astral penjaga Keraton Yogyakarta. Konon, di hutan Beringin tempat istana didirikan, ada sosok naga / ular bernama Kyai Jaga dan Kyai Jegot, makhluk astral ini dipercaya menjaga ketentraman kerajaan dari gangguan. Kyai Jaga kemudian dipindah ke Tugu Jogja dan Kyai Jegot menetap di Bangsal Prabayeksa. Apakah sosok ini yang disaksikan Yeye? Wallahu'alam, mari kita lanjutkan petikan obrolannya...
"Aku sempat cros chek sama kawan yang juga sempat melihat mahluk astral. Wujudnya nyaris sama kayak yang aku liat, tapi dia di gua Cerme. Oya Bali itu sepengalamanku juga mistis ki, cuman rasaku lebih kuat di Jogja"
"Apa karena lama ga ke Jogja ya, jadi pas balik disapa yang begituan? Ato bentuk protes mereka sama keseimbangan alam? jadi mereka menampakkan diri. Alun-alun kidul itu yang parah, tau sendiri Alkid kayak apa sekarang, banyak dipakai orang pacaran, jualan, bisnis apa aja disitu. Dibawah pohon Bringin malah ada yang buat kencan, itu rumahnya mahluk halus. Nah pas kejadian ini aku sadar disitu ternyata ada 'dunia lain'. Kali aja mereka merasa terganggu".
"Kayaknya mahluk gaib ini pada galau, apa Sultan iki lagi galau juga ya? makanya mereka kaya ikutan galau. Ketentraman mereka kayak terusik. Kalo dulu konon "penghuni ruang lain" ini melindungi dan menjaga Keraton, sekarang mereka bingung menempatkan diri".
"Eh malah akhir-akhir ini eksistensi mereka ora dianggap kasarane ngunu. Gak lagi dikasih tempat. Kota Yogyakarta dulu ayem karena jauh dari hal-hal yang 'duniawi'. Begitu sekarang ada yang serakah, mereka jadi galau juga, ora terimo. Kenapa mereka iso muncul? mungkin eksistensi mereka pengen dianggap ada".
"Sekarang tempat mereka dibiarkan keraton diinjak orang-orang, Coba liat di Alun-alun, kayak pasar sekarang. Belum lagi orang-orang berbuat ga bener. Wajarlah ya kalo mereka marah".
Mendadak saya teringat tarif parkir yang selangit saat musim liburan kemaren. Mmm.. lanjut...
"Plengkung Gading itu ada yang jaga ternyata, tapi ayem disitu. Ada Pangeran tampan masih muda, kulit sawo matang, rambut bergelombang. Aku belum jelas siapa itu. Orangnya seperti kita juga, Jawa banget mukanya. Kumis tipis, wajahnya sempurna, berhidung mancung. Badan atletis, tinggi proporsional rata-rata laki-laki Indonesia ±170cm. Wajahnya bersinar, dia duduk menghadap utara posisi bersila".
"Kurasa dia itu yang masih disegani di wilayah ini. Santun dan berwibawa, dia pake kayak tutup kepala tapi bukan blangkon orang Jogja. Kain bahan batik diiket kaya pendekar. Apa itu pangeran Sambernyowo ya? Aku ga takut sih, cuman makin meyakini aja bahwa mahluk-mahluk gaib itu ternyata memang ada. Real. Kalo di Alun-alun Kidul manusia setengah hewan ga jelas, bangsa dedemit".
Dari kutipan cerita diatas @Jogja_Uncover jadi terlempar ke kisah Pangeran muda yang "terhalang jalannya" untuk menjadi penerus Tahta Mataram Islam. Akan kita obrolin ini khusus dilain kesempatan.
Mata saya sebenarnya lelah, tapi obrolan masih ingin berlanjut. Hingga tengah malam Yeye terus saya kejar dengan banyak pertanyaan. Mari lanjut lagi...
"Aku ga ngerti ya, ada apa sama Jogja ? karena rasanya semua tempat jadi ga bersahabat dengan mereka. Pembangunan di mana-mana, kawasan yang masih terjaga eksistesinya ya di Kaliurang"
"Yang jelas wibawa Yogyakarta taruhannya, terkait penghormatan orang-orang terhadap penguasa sebagai simbolnya. Keraton Jogja kaya sudah ga keramat lagi sekarang. Meski orang bilang mitos, klenik apalah, tapi nyatanya yang gaib memang ada".
Beberapa jawaban lain yang dapat terungkap dari obrolan kami diantaranya adalah :
- KM 0 Sepi, sepertinya mahluk disana diusir
- Tugu Jogja gak bisa kujelaskan, aku takut kalo yang di Tugu
- Yang terowongan bisa tembus ke Taman sari, penghuninya udah pada pergi, kosong
- Alun-alun utara apalagi, terasa 'suwung'
Itulah sekelumit cuplikan cerita teman saya yang mengisahkan pengalaman misteri di Kota Jogja, khususnya di Keraton Yogyakarta. Seperti yang saya jelaskan diawal, blog JogjaUncover kali ini tak akan membuat analisa sejarah atau mengulasnya dalam klenik ilmiah. Ya... hanya tentang cerita kearifan lokal. Dan teman saya merasakan hilangnya kearifan itu melalui perantara pengalaman misteri. Sekian...