Lembah Progo adalah tempat ‘suci’ di pulau Jawa yang dijuluki sebagai “Taman Jawa”. Menurut peneliti, lembah Progo dahulu adalah cekungan rawa atau danau dimana kemudian Candi Borobudur didirikan diatasnya. Konon Ceritanya Candi Borobudur berdiri diatas gundukan bukit ditengah danau yang sebelumnya telah longsor akibat gempa bumi besar yang diperkirakan terjadi disekitar tahun 735-740M, mungkin gempa inilah yang merusak lingga di atas bukit Kunjarakunja (gunung Wukir) didirikan tahun 732 masehi oleh Raja Sanjaya era kerajaan Mataram kuno.
Sekitar Tahun 775 - 825 M Borobudur dibangun di masa puncak kejayaan wangsa Syailendra (Samaratungga). Suasana tenang dan keindahan alam sekitar dapat dinikmati antara 1 sampai 2 abad setelah selesai dibangun. Kemudian sekitar tahun 850M Candi Prambanan dalam prasasti Siwagrha mulai dibangun era Rakai Pikatan raja ke-6 yang memerintah kerajaan Medang Jawa Tengah tahun 840an-856M. Disaat Borobudur dan Prambanan dibangun Gunung Merapi tengah bergejolak (765 - 911M) dengan skala letusan 3-4 VEI. letusannya menghasilkan Selo tefra berdasar penanggalan karbon (14C).
Tahun 901-907M Sindoro meletus dan menghancurkan banyak desa, tercatat dalam prasasti Rukam yang ditemukan di Temanggung kawasan lereng Sindoro (bertahun 19 Oktober 907 M) merujuk pada kata-kata ”ilang dening guntur”, yang berarti sebuah desa hilang (atau hancur) karena terkena letusan sebuah gunung. Penemuan candi dan bekas perkampungan kuno di lereng Sindoro, Dusun Liyangan, Kelurahan Purbasari, Ngadireja, tahun 2008, dengan kedalaman hingga 8 meter menguatkan dugaan bahwa Liyangan adalah desa yang hilang karena letusan gunung api, lokasinya berdekatan dengan tempat penemuan Prasasti Rukam. Penanggalan karbon dari bambu yang menjadi arang di Liyangan mendekati angka tahun 907 pada Prasasti.
Antara tahun 928–929 M Eksodus masyarakat kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur dimulai. Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga raja terakhir yang memerintah sangat singkat di Kerajaan Medang Jawa Tengah ( Mataram hindu ) kemudian digantikan oleh Mpu Sindok yang memindah istana Medang ke Tamwlang Jawa Timur.
Teori van Bammelen
Perpindahan Medang dari Mataram menuju Tamwlang menurut teori van Bammelen terjadi karena letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat dan konon mengakibatkan sebagian puncaknya runtuh. Namun teori letusan dahsyat Merapi telah berakhir dan terbantahkan tahun 2006 lewat laporan penelitian Supriati D Andreastuti (BGPVMBG) Chris Newhall (USGS Philipina) dan Joko Dwiyanto (FIB UGM).
Kejayaan Mataram 898-910 M
Aktifitas Gunung Merapi sebagai biang keladi masih belum cukup mengingat rakyat kerajaan Mataram kuno justru membangun Borobudur tahun 770 - 825 M disusul Candi Prambanan tahun 850M disaat Merapi berkecamuk. Aktifitas ini ternyata tak menyurutkan masyarakat Mataram kuno untuk terus membangun peradabannya, bahkan mereka mampu mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Balitung 898-910 M, sementara antara 911-970M Merapi "hanya" meletus dengan skala 2 VEI alias lebih kecil.
Faktor Lain
untuk menghindari serangan dari kerajaan Sriwijaya dan letak lokasi daerah Delta Brantas yang strategis untuk perdagangan masih bisa diterima, namun adakah faktor lain yang turut mendorong perpindahan Mataram ke Jawa Timur?!
Mengeringnya Danau Candi Borobudur
Seperti yang sudah disebutkan diawal, Konon danau Candi Borobudur pernah dilanda bencana gempa bumi tektonik, gempa inilah yang memicu terjadinya erupsi beruntun Sumbing - Sindoro dan Merapi (dikuatkan oleh Murwanto, 1996). Akibat letusan Sindoro dan Merapi lingkungan danau Borobudur menjadi kering karena tertimbun oleh material hasil letusan yang mencapai 8-12 meter.
Air bagi Masyarakat kuno adalah sumber kehidupan dan roh spitualitas, keringnya air pertanda dewa sudah tak memberkahi tanahnya dan inilah yang turut mendorong perpindahan Mataram ke Jawa Timur walau masih ada sebagian yang tetap bertahan.
280an tahun pasca longsornya bukit Borobudur dan rusaknya lingga Candi Wukir
Tepatnya tahun 1017 M terjadi peristiwa Pralaya. Dalam prasasti "Calcuta Stone" terdapat kata "Maha pralaya" atau "Prahara" dan "Ekarnawa". Menurut Penerjemah keempat prasasti tersebut Prof. Poerbatjaraka (1941) dan diterima oleh Casparis (1975) terjadi tahun 1017 M.
Kata "Mahapralaya" atau "Prahara" diterjemahkan sebagai peristiwa yang kacau balau atau kalang kabut. kata "Ekarnawa" digambarkan bahwa seluruh Jawa pada saat itu seperti suatu laut, banyak orang binasa. Apa yg terjadi?! benarkah hanya akibat perang atas serangan Wurawari seperti yang diinterpretasikan H. kern (1913) atau Mungkinkah ada Tsunami ?!
Bersambung ke artikel
"Mahapralaya" Antara Perang dan Gempa disertai Tsunami
Beranda
›
Candi
›
Gempa Jogja
›
Gunung Merapi
›
Kerajaan Mataram
›
Borobudur, Letusan Merapi dan Peradaban Mataram Sesi 1
Borobudur, Letusan Merapi dan Peradaban Mataram Sesi 1
Baca Juga :
- - - - - - - - - -
Dukung Jogja Uncover
agar terus berkembang dengan donasi
GOPAY | DANA | LinkAja | OVO
lewat link
SAWERIA